Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Produksi keramik PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) makin melimpah. Maklum, pabrik ARNA di Palembang mulai beroperasi bulan Juli ini. Pabrik itu berdiri di atas tanah seluas 10 hektare (ha) dengan nilai investasi Rp 200 miliar.
Analis Sinarmas Sekuritas, Tessa Vania Mulia mengatakan, pabrik baru ini akan signifikan memacu produksi dan kinerja ARNA. "Di awal akan kapasitas produksi keramik ARNA sebanyak 8 juta m² di tahun pertama dan akan ditingkatkan secara bertahap hingga 20 juta m²," ujar dia.
Tessa menghitung, pabrik baru ini akan memberikan kontribusi cukup besar bagi ARNA di tahun ini. "Mungkin bisa sekitar 18% dari revenue tahun ini," ujar dia. Ia memperkirakan, ARNA dapat mencetak pendapatan Rp 1,4 triliun di tahun ini. Dus, kontribusi dari pabrik Palembang sekitar Rp 250 miliar.
Tessa mengatakan, secara historikal, ARNA biasa melakukan produksi secara efisien dengan kapasitas terpasang (utilitas) produksi maksimal. "Namun pabrik baru ini tidak langsung fully capacity, karena biasanya ada tahapan untuk tes dan sebagainya," tambah dia. Dugaan dia, di akhir tahun ini, kapasitas dari pabrik Palembang dapat beroperasi maksimal.
Tahun ini, Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities memperkirakan, ARNA dapat memproduksi sekitar 44 juta m²-45 juta m² keramik per tahun, naik sekitar 8% dari tahun lalu yang sebesar 41 juta m³. Proyeksi Reza ini sedikit di bawah ekspektasi manajemen ARNA yang menargetkan produksi tahun 2013 naik 10% atau menjadi 45,38 juta m². "Tapi kita perlu lihat seberapa besar penyerapan produksi," tambah dia.
Prospek ARNA masih dibayangi sentimen negatif yang melanda sektor properti seperti kenaikan suku bunga dan perubahan aturan loan to value (LTV) dari Bank Indonesia. Reza bilang, sentimen tersebut tidak akan mempengaruhi penjualan ARNA, sebab konsumen ARNA tidak terkena aturan tersebut.
Menurut Tessa, ARNA memiliki keunggulan harga produk yang cukup murah. "Dibanding industri sejenis bedanya cukup jauh," kata dia. Selain itu, ARNA juga memiliki produk yang menyasar segmen menengah atas meskipun kontribusinya kecil.
Reza menimpali, ada hal lain yang perlu diwaspadai ARNA, yakni wacana kenaikan harga gas industri. Bila benar, ini akan berdampak buruk bagi kinerja ARNA.
Reza memprediksi, pendapatan ARNA di tahun ini bisa naik 20%. "Sehingga tahun ini pendapatan mencapai ARNA bisa tumbuh menjadi Rp 1,3 triliun dari sebelumnya Rp 1,11 triliun," ujar dia. Sedangkan, laba bersih ARNA bisa tumbuh 47% menjadi Rp 230 miliar dari tahun lalu senilai Rp 156,46 miliar.
Tessa menghitung, laba bersih ARNA di 2013 bisa mencapai Rp 240 miliar atau tumbuh 53,39% . Namun, karena harga saham ARNA sudah mendekati target di Rp 750 per saham, Tessa pun merekomendasikan neutral untuk saham ARNA.
Reza merekomendasikan buy on weakness untuk saham ARNA dengan target harga Rp 900. Sedangkan analis RHB OSK Securities, Andrey Wijaya merekomendasikan beli saham ini dengan target harga Rp 938 per saham. Harga saham yang masuk dalam daftar efek syariah ini, Senin (15/7), turun 6,41% ke Rp 730 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News