Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Namun menurut Reza, pelaku pasar sudah sudah terbiasa (price in) dengan kondisi sekarang, dimana pelaku pasar akan menerima penilaian dari S&P tersebut.
“Untuk pengaruhnya terhadap IHSG, sentimen dari outlook S&P ini sudah price in. Pasar sudah menduga dan sudah memaklumi dengan kondisi seperti ini, yang mana pertumbuhan ekonomi pasti turun kemudian otomatis IHSG juga akan turun,” ujar Reza saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/4).
Selain itu, Reza menilai tekanan aksi jual yang dilakukan oleh investor (khususnya asing) sudah mereda dibandingkan ketika awal mula Covid-19 masuk ke Indonesia. Meredanya aksi jual juga berkaitan dengan sikap 'price in' pasar yang sudah terbiasa dengan kabar perkembangan kasus Covid-19.
Baca Juga: Corona Membuat Risiko Utang Emiten Perkebunan Kelapa Sawit (CPO) Naik
“Sekarang berita tentang pertumbuhan ekonomi yang melambat kemudian bertambahnya kasus corona sudah menjadi hal yang biasa. Jika aksi jual ini sudah bisa diredam, tekanan ke IHSG juga bisa berkurang,” sambung dia.
Ketika pasar sedang volatile seperti saat ini, Reza merekomendasikan saham barang konsumsi yang berkaitan dengan kebutuhan pokok dan saham yang berhubungan dengan kesehatan untuk investasi menengah panjang.
Investor sudah mulai bisa mencermati saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indofarma Tbk (INAF), hingga saham PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).
Selain itu, saham perbankan bigcaps seperti saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga layak untuk dicermati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News