kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Outflow di Pasar Obligasi Diproyeksikan Berlanjut, Ini Penyebabnya


Kamis, 27 Januari 2022 / 18:00 WIB
Outflow di Pasar Obligasi Diproyeksikan Berlanjut, Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Capital outflow terus berlanjut di pasar obligasi


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2022 berjalan, investor asing terlihat masih keluar dari pasar obligasi dalam negeri. Tercatat, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 890,1 triliun atau 19,07% dari keseluruhan investor.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko (DJPPR), kepemilikan asing di SBN tersebut telah turun Rp 3,59 triliun hingga 25 Januari 2022.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto menjelaskan, investor asing sudah keluar dari SBN secara bertahap sejak tahun lalu. Menurutnya, hal ini merupakan sesuatu yang wajar mengingat para bank sentral global mulai berencana menaikkan suku bunga acuan.

“The Fed sudah konfirmasi akan menaikkan suku bunga acuan setidaknya 3-4 kali mulai Maret mendatang. Dengan kondisi pasar obligasi AS yang membaik, ini memicu keluarnya dana-dana global di emerging market ke Amerika Serikat (AS),” ujar Ramdhan kepada Kontan.co.id, Kamis (27/1).

Baca Juga: Meneropong Potensi Pasar Obligasi di Tengah Kenaikan Imbal Hasil US Treasury

Senada, Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengungkapkan, tren outflow di pasar SBN masih akan berlanjut seiring dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan global maupun suku bunga Bank Indonesia 7 Day Repo Rate. Menurutnya, sikap risk averse investor global ini bisa berlangsung sepanjang semester I-2022.

Lebih lanjut, Fikri meyakini selama yield US Treasury dan yield SBN mengalami kenaikan, outflow masih akan terus terjadi. Kendati begitu, ia optimistis keluarnya dana asing di SBN pada tahun ini tidak akan sebesar seperti 2021 silam.

Salah satu faktor pendorongnya adalah adanya kemungkinan lift off yang akan diambil The Fed. Hal ini dapat membuat jumlah uang yang beredar di Amerika Serikat semakin banyak yang pada akhirnya membuat indeks dolar AS kembali melemah. Ketika ini terjadi, diperkirakan pergerakan rupiah akan kembali stabil.

“Pada saat bersamaan, akan terjadi normalisasi yield SBN dan kembali ke level sebelum sentimen tapering. Kemungkinan besar, investor asing baru akan mulai kembali masuk ke SBN ketika hal ini terjadi,” imbuh Fikri.




TERBARU

[X]
×