Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Yudho Winarto
Namun, untuk jangka menengah belum diketahui kesepakatan selanjutnya antara AS dan China sehingga pasar masih perlu berhati-hati.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan rupiah mempunyai risiko pelemahan pada jangka menengah dan jangka panjang.
Menurutnya faktor eksternal yang akan mengancam rupiah adalah kebijakan moneter the Fed, dinamika pemilu AS pada 3 November tahun ini, serta tensi geopolitik yang mungkin muncul secara spontan.
Sedangkan dari sisi domestik masih ada katalis negatif. Salah satunya datang dari data neraca perdagangan. Neraca perdagangan Indonesia diprediksi masih akan mengalami defisit. “Defisit berpotensi membatasi penguatan rupiah lebih lanjut,” tuturnya.
Baca Juga: Kembali menekuk dolar AS, bagaimana proyeksi rupiah esok hari?
Josua memprediksi dalam jangka pendek rupiah akan bergerak pada rentang Rp 13.600 hingga Rp 13.800 per dolar AS. Sedangkan untuk jangka menengah dan panjang Josua memperkirakan rupiah akan cenderung stabil di kisaran Rp 14.000 per dolar AS.
Di sisi lain, Ryan memperkirakan dalam jangka pendek rupiah bergerak di rentang Rp 13.650 hingga Rp 13.750 per dolar AS. Sedangkan ketika ditanyai perkiraan jangka menengah dan jangka panjang, Ryan menolak menjawab dan hanya mengatakan tidak perlu gegabah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News