Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Dollar Amerika Serikat (USD) tetap berpeluang berkibar, meski Bank Sentral AS alias The Federal Reserve (The Fed) meredam wacana menaikkan suku bunga pada Juni mendatang.
Data Bloomberg, Kamis (19/2) pukul 16.30 WIB menunjukkan, The Greenback bergerak bervariasi terhadap sejumlah mata uang utama dunia lain. Dollar AS menguat 0,64% terhadap dollar Aussie (AUD) ke level 0,7761.
Dollar AS juga menguat tipis 0,04% melawan yen Jepang (JPY) ke posisi 118,84. Namun, dollar AS tertekan sebanyak 0,11% terhadap euro (EUR) menjadi 1,1409.
Pemicu bervariasinya pergerakan dollar AS adalah rapat komite federal (FOMC) yang ternyata meleset dari perkiraan para pelaku pasar. Awalnya, banyak pengamat yakin, bank sentral AS alias The Fed akan memberikan sinyal yang memperkuat rumor kenaikan suku bunga akan dilakukan bulan Juni mendatang. Namun, para pejabat The Fed justru memberikan indikasi kebijakan kenaikan suku bunga acuan mungkin tidak akan dilakukan pada bulan Juni.
Langkah aman yang ditempuh The Fed berdasarkan pada kecemasan terhadap penurunan inflasi dan data upah pekerja yang belum sesuai harapan. Seperti diketahui, producer price index (PPI) AS pada Januari 2015, minus 0,8%, lebih buruk dibanding prediksi minus 0,4%. Ini mengindikasikan daya beli masyarakat melemah.
Meski demikian, Analis Senior PT Monex Investindo Futures Albertus Christian mengatakan, otot dollar AS masih unggul ketimbang aussie. Secara umum, perekonomian Negeri Paman Sam masih bagus. Bahkan, rencana kenaikan suku bunga di sana masih akan tetap bergulir, sekalipun ditunda.
Apalagi, pelaku pasar memperkirakan, indikator ekonomi yang akan diumumkan AS pada akhir pekan ini, bakal membaik. Pengangguran mingguan diprediksi sekitar 293.000 klaim, turun dibandingkan pekan sebelumnya mencapai 304.000 klaim.
Kondisi sebaliknya justru terjadi di Australia. Sebagian indikator ekonominya malah memburuk. Tingkat pengangguran Australia bulan Januari meningkat menjadi 6,4%, dibandingkan bulan sebelumnya, di angka 6,1%. Australia juga "kehilangan" 12.200 lapangan kerja pada bulan pertama tahun ini.
AUD dalam tekanan karena Bank Sentral Australia (RBA) membuka kemungkinan menurunkan lagi suku bunga. "Tapi, secara teknikal, pairing AUD/USD masih berpeluang menguat meski hanya jangka pendek," prediksi Albertus.
Analis PT Fortis Asia Futures Deddy Yusuf Siregar memperkirakan, pasangan USD/JPY masih bergerak positif. Yen relatif tak memiliki katalis kuat untuk naik. Bank Sentral Jepang (BoJ) memilih mempertahankan kebijakan berupa pelonggaran moneter demi menggenjot perekonomian. "Indikator teknikal juga memperkuat peluang bullish pasangan USD/JPY," kata Deddy.
Adapun, pasangan EUR/USD diperkirakan bergerak di kisaran terbatas alias sideways hingga akhir pekan ini. Chief Invesment Strategic PT Astronacci International, Gema Goeyardi mengatakan, belum ada katalis signifikan yang bisa mempengaruhi kedua mata uang ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News