Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
“Penambahan kepemilikan di SILO dan LPCK bisa jadi salah satu strategi investasi yang tepat. Apalagi isu kesehatan saat ini jadi peluang untuk meningkatkan kinerjanya ke depannya. Sehingga potensi kenaikan harga tinggi dan suatu saat yang tepat LPCK bisa jual di harga tinggi,” ucap Sukarno.
Karena itu, LPKR yang memiliki bisnis inti di sektor properti, juga kesehatan, akan memiliki kinerja positif dalam jangka panjang. Animo di kedua bisnis sektor itu memang masih cukup baik. Sektor kesehatan dianggap menarik karena merupakan segmen bisnis yang saat ini benar-benar dibutuhkan masyarakat. “Akan ada peluang kinerjanya bisa lebih baik," kata Sukarno.
Baca Juga: Lippo Karawaci (LPKR) lepas First REIT serta tambah kepemilikan LPCK dan SILO
Yang pasti, kesehatan emiten dengan proporsi recurring income yang besar menjadi kekuatan terbesar LPKR menghadapi ketidakpastian ekonomi, salah satunya akibat virus corona.
Asal bisa memaksimalkan apa yang ditargetkan perusahaan dan bisa memanfaatkan dengan baik kondisi penurunan suku bunga dan insentif lain yang ada, dalam jangka panjang kinerja akan tetap positif.
Data pembukuan LPKR menyebutkan lebih dari 70 persen dari pendapatan Lippo Karawaci berasal dari recurring income, yang memberikan stabilitas di saat situasi pasar bergejolak. Dalam jangka panjang, kinerja LPKR diprediksi terus meningkat sebagai akibat dari strategi deleverage dan keberhasilan kepemimpinan manajemen.
Tak hanya itu, LPKR juga dinilai lihai dalam membaca arah bisnis sekaligus mendapat dukungan dari berbagai mitra strategis. Dukungan konsumen properti atas berbagai inovasi perseroan juga mendukung kinerja positif perseroan
Sebelumnya, Chief Executive Officer (CEO) LPKR John Riady menyatakan, dalam situasi penuh tantangan, manajemen LPKR terus menerapkan strategi yang terukur, untuk terus menguatkan bisnis properti dan kesehatan yang menjadi bisnis inti perusahaan.