kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Omnibus law bisa mengembuskan angin segar bagi emiten properti


Minggu, 11 Oktober 2020 / 22:09 WIB
Omnibus law bisa mengembuskan angin segar bagi emiten properti
ILUSTRASI. Prospek saham sektor properti diyakini bakal bergerak positif di tengah tingginya tantangan tahun pandemi 2020.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Kinerja bisnis inti secara signifikan dipengaruhi oleh pandemi Covid-19 di kuartal kedua 2020, sehingga pendapatan dari angka pemesanan lebih rendah, sementara biaya operasional tetap berjalan. Selain itu, pendapatan berulang juga menurun lantaran adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diberlakukan kuartal II-2020. 

Untuk kuartal III-2020, Yasmin memperkirakan kinerja emiten properti akan membaik, seiring hadirnya berbagai kemudahan dari pemerintah dan beberapa toko mulai kembali beroperasi meskipun kegiatan komersial masih tidak diperbolehkan seperti bioskop, salon kecantikan, taman bermain anak, dan lainnya. 

Meskipun begitu, penjualan pemasaran masih menjanjikan, dimana sebelum PSBB diberlakukan marketing sales secara agregat melemah di kuartal I-2020, turun 9% secara year on year (yoy). Namun, Yasmin mengungkapkan di akhir Juni 2020, jumlahnya berhasil tumbuh pesat 66% secara kuartalan atau quarter on quarter (qoq) dari penjualan pemasaran gabungan beberapa emiten seperti ASRI, BSDE, DILD, LPKR, PWON, dan SMRA yang di kuartal semester I-2020 hanya -7% dibandingkan periode serupa tahun lalu. 

Penjualan pemasaran yang kuat diunjukkan oleh LPKR dan BSDE, begitu juga dengan PWON dan BSDE. Sedangkan perusahaan lain masih bergerak di bawah ekspektasi dengan pencapaian kurang dari 35% dari penjualan pemasaran sepanjang 2020 dibandingkan target mereka.

Baca Juga: Emiten semen diproyeksi akan kecipratan untung RUU Cipta Kerja

"Permintaan rumah dengan harga terjangkau masih terus meningkat, didukung langkah Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga di level rendah," tambah Yasmin. Meskipun begitu, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot tajam di kuartal II-2020, Yasmin tak berharap banyak jika tren suku bunga rendah bakal berdampak signifikan pada kinerja sektor properti. 

Di sisi lain, sebelumnya Yasmin melihat fokus utama pelanggan terhadap konektivitas properti dan lokasi menjadi yang utama. Namun, kini preferensi bergeser ke properti yang terjangkau dengan jaminan jaringan berkecepatan tinggi yang terletak di luar kawasan pusat bisnis, seperti perumahan, perkampungan atau perkantoran yang berlokasi di Bekasi, Tangerang, dan Depok. 

"Sayangnya, untuk bisnis perbelanjaan seperti mal masih menjadi tantangan, karena lebih sedikit permintaan untuk toko fisik. Pemulihan bisnis hotel juga akan lambat dengan sedikit pertemuan dan pertemuan tatap muka dalam beberapa bulan mendatang," papar Yasmin. 

Baca Juga: Penjualan Properti di Pinggiran DKI Masih Laris

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×