Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandu Dewanto melihat, dampak peningkatan kasus Omicron cenderung positif bagi sektor kesehatan, tak terkecuali PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA).
"Jumlah rata-rata bed occupancy ratio nasional khusus covid yang 2 pekan terakhir meningkat dari sekitar 10% menjadi 24%, peningkatan terutama terjadi di wilayah Bali, Jakarta dan Banten dimana rumah sakit MIKA juga sebagian besar berada di wilayah ini," paparnya kepada Kontan.co.id, Kamis (10/2).
Namun, bercermin pada yang terjadi di luar negeri, tingkat hospitality rate varian Omicron cenderung lebih rendah, jauh jika dibandingkan dengan varian Delta, dimana waktu itu bed occupancy ratio mencapai level di atas 70%, sehingga pengaruhnya seharusnya tidak akan signifikan terhadap MIKA.
Ia menilai, MIKA merupakan salah satu emiten dengan pertumbuhan paling konsisten dibanding emiten rumah sakit yang lain. CAGR pendapatan 5 tahun terakhir sekitar 9%, dengan margin EBITDA yang cenderung meningkat hingga mencapai 41% berdasar laporan keuangan September 2021.
Saat ini MIKA telah memiliki 26 Rumah Sakit dengan total kamar 3247 unit, perseroan juga berencana menambah 3 rumah sakit dengan total kamar tambahan mencapai 600 unit tahun ini. Hal ini terbilang agresif dibanding tingkat pertumbuhan jumlah kamar operasional tahun lalu yang mencapai 8%.
Baca Juga: Menakar Prospek Saham Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) pada Tahun Ini
"Perseroan mengalokasikan capex hingga Rp 800 miliar yang tentu tidak jadi masalah karena cash yang dimiliki sangat mencukupi, bahkan tahun lalu baru saja menjalankan aksi korporasi yaitu buyback saham, yang menganggarkan hingga Rp 200 miliar di harga maksimal Rp 2.500. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan kuat," jelasnya.
Adapun sentimen negatif untuk MIKA adalah tingkat BOR yang lebih rendah dibanding tahun lalu. Sedangkan sentiment positifnya adalah perseroan mulai mengembangkan aplikasi digital untuk meningkatkan kualitas layanan mereka yang akan diluncurkan tahun ini.
Manajemen memberikan panduan bahwa pendapatan tahun ini akan tumbuh sekitar 1%-5% dibanding tahun lalu, hal ini artinya ada perlambatan seiring menurunnya jumlah pasien covid. EBITDA margin juga diestimasikan akan sedikit menurun ke level sekitar 36%-38%.
Secara valuasi, jika dibandingkan dengan emiten rumah sakit lain, MIKA diperdagangkan pada level yang relatif lebih mahal, EV/EBITDA sekitar 17 kali, PE 27,9 kali. Meski begitu, valuasi premium ini juga merupakan bentuk kepercayaan para investor yang cenderung menghargai perusahaan yang konsisten dan memiliki daya profitabilitas yg lebih baik.
Pandu memberikan rekomendasi netral untuk MIKA, karena kemungkinan akan minim katalis positif pada tahun ini dengan target harga Rp 2.500.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News