Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Proyek-proyek infrastruktur, khususnya proyek pemerintah mulai bergerak. Permintaan semen meningkat, sehingga menjadi katalis positif bagi sektor semen. PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) misalnya.
Penjualan perseroan per Oktober lalu tercatat 168.000 ton. Angka ini melonjak 20,4% dibandingkan bulan Oktober tahun lalu dan naik 4% ketimbang bulan sebelumnya.
Namun, masih ada beberapa hal yang menjadi sentimen pemberat kinerja SMBR, khususnya di tahun depan. Robertus Yanuar Hardy, analis Reliance Securities, bilang, Maret lalu SMBR menandatangani kontrak pembangunan clinker dan fasilitas produksi Baturaja II dengan Tianjin Cement Industry Design (TCID).
Estimasi awal, pembangunan pabrik berkapasitas 5.000 ton per hari itu membutuhkan investasi sekitar Rp 3,32 triliun. Sebesar 80% kebutuhan investasi diambil dari kas internal dan sisanya dari pinjaman bank.
Sayang, rupiah terdepresiasi. Padahal, operasional pembangunan fasilitas ini membutuhkan peralatan yang masih harus didatangkan dari luar negeri. Kebutuhan pendanaan juga meningkat, sehingga SMBR mencari tambahan Rp 750 miliar lagi dari pinjaman atau obligasi.
Hal ini akan menyebabkan pengeluaran atau beban bunga SMBR meningkat tahun depan. "Jadi, akan menekan profit margin SMBR," terang Robertus.
Dia memprediksi, pendapatan SMBR tahun ini sekitar Rp 1,48 triliun dengan laba bersih Rp 400 miliar. Di tahun depan, pendapatan dan laba bersih perseroan diprediksi masing-masing Rp 1,77 triliun dan Rp 475 miliar.
Sentimen positif bagi SMBR yang paling terlihat adalah groundbreaking proyek Trans Sumatra Toll Road. Proyek ini bisa meningkatkan permintaan semen produksi SMBR.
"Sebagai pemain lokal di Sumatra Utara, SMBR bisa tetap menjadi market leader, memaksimalkan brand image yang sudah kuat di kawasan tersebut," kata Robertus, Senin (16/11).
Teguh Hartono, analis Bahana Securities, bilang, permintaan semen untuk sisa tahun ini didorong oleh proyek-proyek pemerintah. Di awal tahun depan, proyek pemerintah masih sepi sehingga permintaan semen akan banyak didorong oleh pertumbuhan properti.
Tapi, belum terlihat ada pertumbuhan signifikan di sektor industri tahun depan. Pertumbuhan volume penjualan semen 3,8%, hampir flat dibandingkan proyeksi tahun ini. "SMBR terkena risiko permintaan properti yang masih stagnan," ujar Teguh dalam riset 13 November.
Teguh mengestimasi, pendapatan SMBR tahun ini bisa Rp 1,48 triliun dan laba bersih Rp 364 miliar. Sementara, pendapatan tahun depan diprediksi naik menjadi Rp 1,53 triliun dan laba bersih turun menjadi Rp 300 miliar.
Raphon Prima, analis NH Korindo Securities, menilai, SMBR masih tetap positif ditengah lesunya pasar. SMBR memiliki portofolio produk semen curah atau bulk cement dan bag cement yang mulai seimbang.
Bahkan, komposisi bulk cement sempat mencetak rekor tertinggi pada kuartal II. Pada periode tersebut, kontribusinya terhadap total penjualan mencapai 46%. "Padahal sejak tahun 2012, kontribusinya rata-rata 30%," terang Raphon.
Strategi ini yang membuat SMBR masih bisa positif di tengah pasar yang sedang lesu. Mengacu hal tersebut, Raphon merekomendasikan buy saham SMBR dengan target Rp 330 per saham.
Robertus merekomendasikan hold dengan target Rp 320. Teguh mempertahankan target harga Rp 300 per saham, tapi merevisi rekomendasi dari hold ke reduce.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News