Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) anjlok 7,32% menjadi Rp 1.140 per saham pada penutupan perdagangan, Jumat (15/11).
Penurunan saham tersebut disinyalir karena Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) asal Singapura membatalkan akuisisi Bank Permata.
Baca Juga: Sudah uji tuntas, OCBC Singapura urung beli saham Bank Permata
Mengutip data RTI, volume transaksi saham Bank Permata pada hari Jumat sebanyak 70,54 juta dengan nilai transaksi sebesar Rp 82,53 miliar. Frekuensi transaksi saham ini sebanyak 3.654 kali dan ditutup dengan PER 21,92 dan market capital sebesar Rp 31,97 triliun.
Dalam sepekan terakhir saham BNLI telah turun 9,16%.
Sebelumnya, Bank OCBC diisukan tengah melakukan pertimbangan untuk membeli sekitar 90% saham Bank Permata dengan nilai US$ 1,9 miliar atau setara Rp 26,6 triliun (kurs 1 US$=Rp 14.000).
Baca Juga: Bunga deposito tertinggi kini hanya 6,6%, masih berminat masuk?
Namun berdasarkan pemberitaan Bloomberg, pasca melakukan due dilligence, Bank OCBC mengurungkan niatnya menawar Bank Permata karena dinilai tak sesuai harapan perusahaan.
Standard Chartered dan PT Astra International masing-masing memiliki 45% saham di Bank Permata yang memiliki nilai pasar US$ 2,4 miliar
Perwakilan untuk OCBC, Permata dan Standard Chartered menolak berkomentar soal ini. Sementara jurubicara Astra tidak bisa dihubungi.
Baca Juga: Bunga ICBC Indonesia tertinggi, ini dia bunga deposito terbaru bank
Laba Bank Permata memang kian positif, tercatat laba bersih BNLI meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi Rp 1,1 triliun atau setara US$ 78 juta dalam sembilan bulan pertama tahun ini. Didorong oleh pertumbuhan dari sisi pendapatan bunga.
Meski begitu, secara historis pada tahun 2017 Bank Permata sempat mengalami penurunan kinerja akibat tingginya rasio kredit atau aset bermasalah. Hal ini membuat Astra dan Standard Chartered menyuntikan modal ke perusahaan.
Baca Juga: Mulai dari Rp 100 ribu, OCBC NISP tawarkan asuransi rumah lewat aplikasi digital
Nah, tahun ini Standard Chartered dengan tegas menyatakan bahwa investasinya di Permata tak lagi menjadi pilihan utama, hal ini mengindikasikan bahwa pihak Standard Chartered tengah bersiap untuk angkat koper dari BNLI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News