Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terkulai. Pada perdagangan Selasa (25/6), IHSG terkoreksi 0,24% ke 4.418,87. Indeks LQ45 juga ikut melemah hingga 0,65% ke 719,58. Dari akhir tahun 2012, indeks saham LQ45 turun 2,14%, sementara IHSG masih naik 2,36%.
Mayoritas saham LQ45 yang turun paling dalam sepanjang tahun ini masih berasal dari sektor komoditas, seperti batubara dan kelapa sawit (lihat tabel).
Penurunan saham LQ45 sektor batubara memang wajar mengingat kondisi industri ini yang lesu. Belum lagi isu seputar rencana kenaikan royalti dan pembatasan ekspor batubara.
Analis Bahana Securities, Leonardo Henry Gavaza, berpendapat, isu utama penggerus saham emiten batubara adalah penurunan harga serta permintaan batubara. "Itu dua isu yang masih jadi concern. Dampak royalti tak terlalu besar," ujar dia, kemarin.
Khusus ANTM, menurut analis AAA Sekuritas, Carrel Mulyana, penurunan harga emas menjadi sentimen negatifnya. Raksasa penambang emas di Australia yang menurunkan belanja modal, merupakan pukulan tambahan bagi ANTM. "Ini sinyal pelemahan harga emas," tutur dia.
Emiten produsen kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) juga tertekan kelesuan kondisi pasar komoditas dunia. Apalagi, menurut analis AAA Sekuritas, Andy W Gunawan, ada kenaikan bea keluar minyak kelapa sawit yang semakin memberatkan prospek emiten sektor ini.
Dari emiten perbankan yang masuk LQ45, saham BBTN yang turun paling dalam. Analis Ciptadana, Syaiful Adrian, menduga, ini karena kekhawatiran kontraksi margin akibat naiknya suku bunga. Maklum saja, komposisi deposito dana pihak ketiga BBTN cukup besar yaitu 60%. Sementara, sisanya tabungan. "Saham ini sulit rebound dalam jangka pendek karena tidak banyak sentimen positif yang menopang," kata dia.
Para analis melihat, 10 saham LQ45 sudah termasuk murah lantaran harganya turun terdalam. Persoalannya, prospek sektor industri sejumlah emiten masih negatif. Tak ayal, saham itu kurang menarik walau sudah terdiskon habis-habisan.
Toh, ada beberapa saham yang masih bisa dikoleksi dalam jangka panjang. Andy mencontohkan, saham BWPT. Hitungan dia, saham BWPT masih menawarkan upside 27% menjadi Rp 1.250 per saham. Apalagi, potensi perolehan margin BWPT paling tinggi ketimbang emiten kebun lainnya. Begitu juga dengan pertumbuhan laba bersih BWPT tahun 2012 yang sebesar 27,8%, lebih tinggi daripada pertumbuhan laba AALI yang sebesar 20,8% dan kenaikan laba LSIP yang 26,5%.
Lain lagi Syaiful yang menjagokan saham BBTN. menurutnya, BBTN masih menarik untuk jangka panjang. Dia menargetkan harga BBTN di Rp 1.400. Artinya BBTN menawarkan upside 38% dari harga kemarin.
Saham LQ45 dengan Penurunan Harga Terdalam Year to Date (YTD) | br /> | br /> |
br /> | br /> | br /> |
Nama Emiten | Harga | Pergerakan harga YTD (%) |
PT Adaro Energy Tbk (ADRO) | 770 | -51.57 |
PT Indika Energy Tbk (INDY) | 720 | -49.3 |
PT Harum Energy Tbk (HRUM) | 3075 | -48.75 |
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) | 25.050 | -39.71 |
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) | 1.010 | -30.34 |
PT BW Plantation Tbk (BWPT) | 980 | -28.99 |
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) | 495 | -25 |
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) | 980 | -23.44 |
PT XL Axiata Tbk (EXCL) | 4.400 | -22.81 |
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) | 1.780 | -22.61 |
PT Bukit Asam Tbk (PTBA) | 11.700 | -22.52 |
*harga per 25 Juni 2013 | br /> | br /> |
Sumber : Bloomberg | br /> | br /> |
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News