Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah hingga 97,49 poin atau 2,12% ke level 4.496,06 pada perdagangan Jumat (24/4). Dalam sepekan, IHSG tertekan hingga 2,99%.
Penurunan IHSG pada perdagangan Jumat juga diiringi aksi jual bersih asing sebesar Rp 1,09 triliun di seluruh pasar. Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menyatakan, ada sejumlah katalis yang mewarnai perdagangan hari ini. Misalnya saja, kabar mengenai obat yang diduga bisa menyembuhkan Covid-19 yaitu remdesivir ternyata tidak cukup ampuh dalam mengatasi pandemi corona.
Baca Juga: BEI menilai net sell asing di pasar saham masih relatif kecil
Dalam seminggu terakhir, kinerja IHSG juga dipengaruhi kejatuhan harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman kontrak Mei. “Stabilisasi harga crude oil WTI setelah kontrak Mei ditutup, ditambah remdesivir yang gagal secara research dinilai kurang efektif mengatasi corona menjadi sentimen penggerak IHSG selama sepekan ini,” ungkap Hendriko kepada Kontan.co.id, Jumat (24/4).
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan juga menyampaikan hal yang sama. Dia bilang, anjloknya harga minyak mentah menekan kinerja IHSG. Dari dalam negeri, perkembangan data pasien yang positif Covid-19 juga mempengaruhi gerak IHSG.
Hingga Jumat (24/4), ada tambahan 436 kasus baru yang terinfeksi corona di Indonesia, sehingga total menjadi 8.211 kasus. Dari jumlah itu, pasien yang meninggal akibat virus corona di Indonesia bertambah 42 orang menjadi sebanyak 689 orang. Sedangkan pasien yang sembuh setelah sempat mengidap virus corona di Indonesia bertambah 42 orang menjadi 1.002 orang.
Baca Juga: IHSG naik 3,62% dalam sebulan, berapa besar efek buyback?
Di sisi lain, sambung Valdy, beberapa stimulus seperti perluasan sektor yang dapat memperoleh insentif pajak dan kebijakan-kebijakan untuk menekan angka penyebaran Covid-19 menjadi angin segar bagi IHSG.
Sekarang ini, Valdy menyarankan investor untuk tidak terlalu agresif dalam melakukan akumulasi beli atau buy on support. Dia merekomendasikan pelaku pasar untuk fokus pada saham-saham blue chips dengan fundamental baik di sektor perbankan, barang konsumsi dan telekomunikasi seperti BBRI, BBCA, INDF, UNVR, dan TLKM. Investor juga dapat mencermati peluang trading buy pada TOWR, KLBF, dan ICBP.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News