Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Spekulasi jadi atau tidaknya kenaikan harga BBM bersubsidi membuat investor asing keluar dari bursa saham. Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh dari level tertinggi di 5.000. Asing kemungkinan akan keluar hingga kepastian kondisi domestik ini.
Jika Senin ini pemerintah memutuskan harga BBM bersubsidi naik, pasar saham saya rasa akan bergerak positif. Indeks berpotensi rebound ke 5.000.
Skenario ini mendapat dukungan positif dari pasar karena baik untuk fiskal dan baik pula untuk kesehatan keuangan negara. Selain itu, beban subsidi bisa dialokasikan menjadi belanja produktif seperti infrastruktur dan kredit usaha berbunga lunak. Lapangan kerja bisa meningkat dan konsumsi domestik tumbuh.
Kenaikan harga BBM juga baik bagi perusahaan di Indonesia. Sebab, emiten akan berlomba menghemat anggaran. Selain itu, kepercayaan investor terhadap Indonesia akan positif karena pemerintah dinilai prudent terhadap anggaran.
Dalam jangka pendek, IHSG memang akan bergerak turun tapi saya rasa hanya sampai dua bulan ke depan. Sebab, tingkat inflasi yang meningkat.
Banyak faktor yang mengerek inflasi mulai dari kenaikan harga BBM, konsumsi selama Ramadan, tahun ajaran baru dan kenaikan tarif listrik. Saya memperkirakan, inflasi akan naik ke level 7%-8%. Jika harga BBM naik, paling cepat IHSG pulih pasca Lebaran.
Namun, jika harga BBM bersubsidi batal naik akan berdampak negatif dalam jangka panjang. Subsidi akan memberatkan anggaran negara sehingga posisi fiskal melemah. Akibatnya, rupiah akan sulit menguat.
IHSG juga akan sulit rebound ke 5.000. Sebab, skenario ini berlawanan dengan ekspektasi pasar. Jika ekspektasi pasar tidak tercapai, pelaku pasar akan mendiskon pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Seperti di April 2012, pasar merespon penundaan kenaikan harga BBM dengan koreksi. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News