kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.950   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Nilai wajar rupiah berada di rentang Rp 14.500 - Rp 15.000 per dolar AS


Senin, 20 Juli 2020 / 22:08 WIB
Nilai wajar rupiah berada di rentang Rp 14.500 - Rp 15.000 per dolar AS
ILUSTRASI. Petugas teller menghitung uang rupiah di salah satu bank di Jakarta./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/13/07/2020.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah masih terus berada dalam tekanan dalam beberapa waktu terakhir. Setelah sempat menyentuh level Rp 13.878 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 5 Juni, perlahan rupiah terus mengalami depresiasi. 

Hari ini, Senin (20/7) rupiah kembali melemah, bahkan sempat menyentuh level Rp 14.800 per dolar AS, walau akhirnya ditutup di level Rp 14.785 per dolar AS. Artinya sejak 5 Juni rupiah sudah terdepresiasi hingga 6.53%.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan sebenarnya penguatan rupiah pada medio Juni terlampau kuat. Sementara pada level saat ini, meski terus melemah, David justru menilai rupiah berada dalam rentang yang wajar, yakni Rp 14.500 - Rp 15.000 per dolar AS.

Baca Juga: Minim sentimen positif, rupiah diperkirakan melemah versus dolarAS, Selasa (21/7)

“Pelemahan juga wajar karena mata uang emerging market lain juga saat ini tengah melemah. Faktor permintaan riil untuk impor dan kasus positif virus corona yang masih terus bertambah juga membuat rupiah terus tertekan,” kata David kepada Kontan.co.id, Senin (20/7).

Terkait keputusan Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga menjadi 4,00% menjadi 4,25%, Head of Economics Research Pefindo Ekonomi mengatakan hal tersebut sudah cukup tepat. Pasalnya, jika tidak diturunkan justru akan membuat risiko kenaikan biaya semakin besar.

“Selain itu, turunnya pertumbuhan ekonomi juga berpotensi akan lebih besar dibanding risiko nilai tukar yang kita dapatkan. Seharusnya, melalui pemangkasan (suku bunga) ini pelaku sektor riil bisa diuntungkan, semoga segera bisa diserap UMKM,” jelas Fikri.

Terkait kebijakan pemerintah guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, David menilai pemerintah seharusnya saat ini lebih agresif dalam mengatur kebijakan fiskal. Menurutnya, yang perlu didorong adalah permintaan agregat, salah satunya dengan percepatan belanja pemerintah.

“Sektor riil belum kunjung pulih, dan stimulus kebijakan moneter tidak akan membantu hal tersebut. Jadi pemerintah harus segera membuat sektor riil bergairah, dengan demikian sektor finansial diharapkan juga akan membaik seiring demand dari masyarakat yang meningkat,” tambah David.

Baca Juga: Rupiah betah melemah 0,78% ke Rp 14.818 per dolar AS selepas tengah hari

Sementara Fikri menyebut pemerintah harus sigap dalam membuat kebijakan untuk mengatasi persebaran pandemi dan juga mendorong realisasi anggaran lebih cepat. Jika tidak, bukan tidak mungkin rupiah masih akan tertekan. Mengingat, salah satu sentimen utama penyebab volatilenya rupiah adalah pandemi virus corona baik dari dalam maupun luar negeri.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini hanya mengandalkan konsumsi rumah tangga. Dengan melihat lambatnya serapan belanja pemerintah dan stimulus fiskal sejauh ini, Bhima menilai ancaman resesi sulit dihindari dan bisa semakin menekan rupiah.

Oleh sebab itu, ke depan faktor yang menjadi kunci pergerakan rupiah adalah seberapa dalam resesi di Indonesia dan ketahanan cadangan devisa maupun kebijakan moneter lain untuk intervensi rupiah. 

“Tentu juga terkait dengan berapa lama prospek pemulihan terjadi dan seperti apa kesiapan pemerintah dalam menangani virus corona dan potensi gelombang keduanya. Keputusan untuk pemberlakuan PSBB yang lebih ketat tentu akan mempengaruhi ekspektasi pelaku pasar,” pungkas Bhima.

Dengan kondisi ini, Fikri melihat rupiah dalam jangka pendek akan berada dalam rentang Rp 14.500 - Rp 15.000 per dolar AS. Bahkan jika kondisinya belum banyak berkembang, Fikri menyebut rentang tersebut akan bertahan hingga akhir tahun nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×