Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari ini, Rabu (6/7), rupiah akhirnya kembali menembus level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat. Rupiah di pasar spot sempat bergerak ke area Rp 15.039 per dolar AS atau level tertinggi sejak awal Mei 2020 silam. Namun, pada penutupan perdagangan, rupiah mempersempit pelemahan dan ditutup di Rp 14.994 per dolar AS.
Senior Economist Samuel Sekuritas Fikri C Permana mengungkapkan, pelemahan rupiah ke level Rp 15.000 per dolar AS bukanlah hal yang mengejutkan. Terlebih jika mempertimbangkan kondisi saat ini yang mana mata uang lainnya juga mengalami pelemahan. Hal ini imbas dari indeks dolar AS yang mencapai lebih tertingginya sejak 20 tahun terakhir.
“Saat ini bahkan pelemahan euro maupun yen jauh lebih dalam dibanding rupiah, artinya hal ini bukan karena fundamental rupiah yang jelek,” ungkap Fikri kepada Kontan.co.id, Rabu (6/7).
Baca Juga: Pelemahan Rupiah ke Area Rp 15.000 Dinilai Wajar
Hanya saja, dia tak menampik ke depannya rupiah akan dihadapkan dengan keluarnya aliran dana investor asing dari dalam negeri yang bisa menjadi sentimen negatif untuk nilai tukar rupiah.
Akan tetapi, pada esok hari akan ada rilis data cadangan devisa Indonesia untuk bulan Juni yang diekspektasikan masih positif. Menurutnya, hal ini bisa menjadi katalis positif untuk rupiah sehingga membatasi pelemahan tidak terlalu dalam ke depannya.
Secara keseluruhan, Fikri menyebut pelaku pasar tak perlu khawatir dengan kondisi saat ini karena rupiah masih berada dalam rentang nilai tukar yang wajar. Ia menyebut, rupiah dengan kondisi saat ini idealnya berada di kisaran Rp 14.900 per dolar AS-Rp 15.100 per dolar AS.
Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 15.015 pada Rabu (6/7)
Namun, dia menyebut, yang perlu diperhatikan adalah spread antara yield SBN dan US Treasury yang semakin menyempit. Belum lagi, suku bunga di Indonesia juga cukup berjarak jauh dengan suku bunga di luar negeri. Fikri menyebut hal ini bisa semakin mendorong keluarnya dana asing.
“Bank Indonesia tetap perlu melakukan operasi moneter untuk menjaga pelemahan rupiah tidak terlalu dalam. Tapi, dengan fundamental rupiah yang bagus, seharusnya rupiah punya modal berharga untuk hadapi tekanan eksternal ke depan,” tambah Fikri.
Pada akhir tahun nanti, Fikri masih optimistis rupiah bisa kembali ke area Rp 14.800 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News