Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Nilai transaksi perdagangan obligasi Indonesia kembali surut. Sampai penutupan kemarin (27/6), diambil dari data Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE) di Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi obligasi, baik itu obligasi pemerintah dan korporasi, tercatat turun 59,21% menjadi Rp 2,86 triliun dari sebelumnya dari Rp 7,01 triliun. Penurunan juga terjadi pada total frekuensi transaksi yakni sebesar 22,14% dari 429 kali menjadi 334 kali.
Seri teraktif dari obligasi pemerintah masih ditempati oleh FR0058 dengan nilai transaksi mencapai Rp 480 miliar dan ditransaksikan sebanyak 65 kali. Sedangkan seri teraktif dari obligasi korporasi yakni Indomobil Finance Indonesia IV Tahun 2011 Seri B (IMFI04B) dengan nilai transaksi mencapai Rp 17 miliar dan ditransaksikan sebanyak 17 kali.
Sekretaris Perusahaan Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Tumpal Sihombing melihat, kondisi pasar saat ini masih diliputi kecemasan terhadap lonjakan yield obligasi Italia dan Spanyol. "Diperkirakan, situasi ini juga telah mempengaruhi yield obligasi domestik yang masih mixed dengan kecenderungan bearish dalam tiga hari berturut-turut," kata Tumpal, Kamis (28/6).
Menjelang pelaksanaan KTT Uni Eropa pada hari ini (28/6), dikabarkan Presiden Perancis Francois Hollande dan Kanselir Jerman Angela Merkel sudah bertemu untuk mengantisipasi berbagai hal yang mungkin dibicarakan terkait penyelesaian krisis Eropa.
Oleh karena itu, antisipasi ini memberikan sentimen positif pada pasar valas yang mana kurs rupiah terhadap dollar AS tercatat menguat 0,61% ke level Rp9.455 per dillar pada penutupan perdagangan valas domestik, kemarin (27/6).
"Meskipun risiko di pasar global masih tinggi, risiko di dalam pasar domestik malah justru mulai terlihat turun yang ditandai dengan turunnya CDS spread Indonesia bertenor 5 tahun sebesar 4,4 bps ke level 198,325 per penutupan 27 Juni," imbuh Tumpal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News