Reporter: Cindy Silviana Sukma | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Jelang semester II-2014, ada 12 perusahaan baru menjadi penghuni bursa. Ini berarti, hampir separuh dari target Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk perusahaan yang initial public offering (IPO) telah terpenuhi. BEI menargetkan 30 perusahaan IPO.
Pada Juni saja ada sembilan perusahaan yang sudah mengajukan minat untuk IPO (lihat tabel). Namun dari daftar tersebut, nilai IPO tak terlalu besar. Salah satu perusahaan yang telah publik ekspose adalah PT Chitose International, perusahaan yang bergerak di manufaktur furniture. Calon emiten ini berharap mengantongi dana IPO Rp 81 miliar-Rp 105 miliar.
Yang terbaru ada, PT Batavia Prosperindo International berniat melepas 29,18% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
Menurut Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, mininya nilai emisi emiten lantaran prospek calon emiten tak terlalu menarik.
Sementara itu, perusahaan besar ogah masuk ke pasar saham. "Penyebabnya bisa karena masalah transparasi informasi dan ketidakyakinan terserap pasar," ujar dia
Padahal, sejatinya momentum IPO di Juni-Juli bagus karena bisa terangkat pemilihan presiden (pilpres). Jika emiten memilih IPO pada akhir Juli-Agustus, Satrio memperkirakan, IPO kurang diminati. "Banyak data fundamental seperti defisit neraca dagang, pertumbuhan ekonomi dan lainnya yang melambat," proyeksi dia.
Sebaliknya, Thendra Crisnanda, analis BNI Securities berpendapat, Juni-Juli bukan waktu untuk IPO. "Banyak momentum yang memicu bursa sepi, seperti pilpres, piala dunia 2014, Ramadhan dan Lebaran," imbuh dia. Menurut dia, waktu yang tepat untuk IPO akhir kuartal IV-2014. Pasalnya, banyak fund manager window dressing.
Dari sembilan calon emiten, analis memilih Chitose. "Meski outlook properti melambat, bisnis furniture dan permintaannya tetap tumbuh," ujar Thendra. Satrio menambahkan, saham Chitose menarik karena menawarkan price earning ratio (PER) di bawah 15 kali yakni 9,9-10,8 kali.
Nah untuk sektor perbankan, analis memperkirakan, akan kesulitan meraih minat investor. "Bank kecil jarang dilihat," ujar Satrio. Begitu juga, IPO PT Magna Finance akan terimbas tingginya suku bunga. "Peluang naiknya suku bunga lebih besar, itu artinya cost of fund multifinance meningkat," ujar Thendra.
Sementara itu prospek IPO perusahaan energi, PT Tri Wahana Universal dan PT Medco Power Indonesia di akhir tahun menarik untuk jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News