kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.640   37,00   0,22%
  • IDX 8.140   21,59   0,27%
  • KOMPAS100 1.116   -2,74   -0,25%
  • LQ45 782   -2,78   -0,35%
  • ISSI 287   0,98   0,34%
  • IDX30 411   -1,53   -0,37%
  • IDXHIDIV20 463   -3,28   -0,70%
  • IDX80 123   0,03   0,02%
  • IDXV30 133   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 129   -0,89   -0,69%

Nikmati berita hangat bursa saham pekan ini


Sabtu, 07 November 2015 / 05:22 WIB
Nikmati berita hangat bursa saham pekan ini


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Menemani aktivitas Anda di pagi hari ini, kami menyuguhkan sejumlah berita hanya di bidang pasar modal, yang terbit di halaman 3 Harian KONTAN edisi Sabtu (7/11). Berikut ini rangkumannya.

PT Indosat Tbk (ISAT)

PT Indosat Tbk (ISAT) belum bisa move on. Akibat belenggu kerugian kurs, ISAT masih mencatatkan kerugian hingga akhir kuartal ketiga tahun ini.

Selama sembilan bulan pertama di tahun 2015, anak usaha Grup Ooredoo asal Qatar ini membukukan kerugian senilai Rp 1,22 triliun. Jumlah tersebut memang menurun 15,6% dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp 1,33 triliun.

Namun, secara kuartalan (qoq), di kuartal III 2015, kerugian ISAT meningkat 39,65% menjadi Rp 388,5 miliar. Pada kuartal II 2015, ISAT menderita kerugian Rp 278,2 miliar.

Hingga kuartal ketiga tahun ini, kerugian nilai kurs Indosat mencapai Rp 2,33 triliun. Jumlah itu melonjak hampir 16 kali lipat dibandingkan posisi akhir September 2014 senilai Rp 146,7 miliar. Secara kuartalan, rugi kurs ISAT juga naik. Di kuartal III 2015, kerugian kursnya Rp 1,33 triliun, membengkak daripada kuartal II 2015 senilai Rp 278,9 miliar.

Sementara, total utang per akhir September 2015 senilai Rp 22,67 triliun, naik 5% ketimbang periode sama tahun lalu senilai Rp 21,57 triliun.

Beruntung ISAT masih mencetak pertumbuhan pendapatan. Selama sembilan bulan pertama tahun ini, pendapatan ISAT senilai Rp 19,58 triliun, naik 10,5% dibandingkan di periode yang sama tahun lalu.

'Prestasi' Emiten Grup Bakrie

Ibarat jatuh tertimpa tangga. Pameo ini masih layak disematkan kepada Grup Bakrie. Selain kekeringan modal, emiten Grup Bakrie menderita kerugian besar di kuartal III 2015. Itu terlihat dari beberapa emiten Bakrie yang sudah merilis kinerja keuangannya.

PT Bakrie and Brothers Tbk (BNBR), misalnya, mencetak kerugian Rp 606,02 miliar, dari setahun sebelumnya laba sebesar Rp 40,3 miliar. Belum lagi kerugian PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang sudah mencapai US$ 627,99 juta per akhir kuartal III 2015. Setahun lalu, BUMI masih meraup laba US$ 13,31 juta.

Dua emiten ini juga mencatatkan ekuitas negatif yang cukup besar. BUMI membukukan ekuitas negatif US$ 1,4 miliar. Adapun ekuitas BNBR minus Rp 2,9 triliun, naik 35% dibandingkan akhir 2014.

Lini bisnis properti dan perkebunan Grup Bakrie juga tak luput dari kerugian. PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) menderita kerugian hingga Rp 1,4 triliun. Kerugian itu membengkak hingga 2.813% daripada periode sama tahun lalu. Saldo laba UNSP pun masih defisit. Ekuitasnya juga melorot separuhnya menjadi Rp 2,9 triliun.

PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) yang pada kuartal III 2014 berhasil mengantongi laba hingga Rp 206 miliar, di periode sama tahun ini membukukan kerugian Rp 36,07 miliar. Selain karena peningkatan beban utang, emiten Grup Bakrie juga banyak terpapar rugi kurs.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Pekan ini, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terbilang positif, meski gagal melanjutkan reli di akhir pekan. Jumat (6/11), indeks ditutup turun 10,68 poin ke  4.566,55. Meski demikian, sepekan, bursa masih membukukan kenaikan 2,49%.

Senior Research HD Capital Yuganur Wijanarko menjelaskan, pekan ini, indeks berhasil kembali ke level 4.500-an. Ini didukung antisipasi pasar terhadap rebalancing MSCI pada 11 November nanti dan rencana kenaikan suku bunga The Fed Desember ini.

Secara teknikal,  pergerakan IHSG masih di kisaran 4.500-4.600. "Namun, kami optimistis, indeks bisa breakout ke 4.800 pada akhir November," ujar Yuganur.

Menurutnya, investor sebaiknya memperhatikan pergerakan pasar sebagai antisipasi rebalancing MSCI. Ia menduga, fund manager menambah bobot pada saham perbankan big caps yang mencakup 30% kapitalisasi pasar IHSG.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menilai, saat ini, masih banyak investor yang mengambil sikap wait and see. Memang, data ekonomi domestik tidak jelek, tapi juga tidak terlalu bagus.

Kata Satrio, pergerakan indeks selanjutnya akan dipengaruhi rilis data tenaga kerja Paman Sam, Jumat (6/11) malam. "Kuncinya ada di indeks Dow Jones," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×