Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Menemani aktivitas Anda di akhir pekan, kami menyuguhkan sejumlah berita bursa saham di halaman 4 Harian KONTAN edisi Sabtu (5/12). Berikut ini ringkasannya.
PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO)
PT Trikomsel Oke Tbk (TRIO) semakin terdesak. Emiten produk telekomunikasi ini masih mencari cara merestrukturisasi utangnya yang jatuh tempo pada tahun 2016 dan 2017. Dalam laporan conference call yang dilakukan TRIO bersama para pemegang surat utang (noteholders) di Singapura, manajemen TRIO sekali lagi menyatakan tak mampu membayar bunga obligasinya di bulan Desember ini.
Direktur TRIO Juliana Samudro mengatakan, perseroan sudah tidak mampu membayar bunga obligasi (Senior Fixed Rate Notes) sebesar 7,875%. Obligasi senilai S$ 100 juta itu dijamin oleh perseroan dan diterbitkan Trikomsel Pte Ltd dan bakal jatuh tempo pada 2017 mendatang.
Sebelumnya, TRIO juga sudah menyatakan tak sanggup membayar kupon Senior Fixed Notes sebesar 5,25% dengan total notes US$ 115 juta yang jatuh tempo pada 2016. Kupon tersebut seharusnya dibayarkan pada November 2015. Sebagai informasi, kupon notes yang jatuh tempo pada 11 November senilai S$ 3 juta dan kupon notes yang jatuh tempo pada 5 Desember senilai S$ 3,9 juta.
Saat ini sudah ada pembentukan noteholders steering committee. Komite tersebut terdiri dari tiga anggota yang mewakili pemegang obligasi dan akan mengevaluasi proposal restrukturisasi obligasi yang akan diajukan TRIO.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
Lantaran tantangan masih besar, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) realistis dan tak muluk-muluk memasang target pada tahun depan. Manajemen hanya menargetkan volume penjualan semen tumbuh 3%-5%. Target ini sejalan estimasi pertumbuhan industri semen nasional.
Direktur Utama INTP Christian Kartawijaya mengatakan, tantangan industri semen masih berat meski realisasi proyek infrastruktur pemerintah mulai bergulir. Sebab, sektor swasta masih tetap melambat karena dipengaruhi harga komoditas yang terus tertekan. "Ekonomi kita banyak dipengaruhi komoditas. Tantangan komoditas masih berat karena pelambatan global." kata dia kepada KONTAN, Jumat (4/12).
Christian menilai pelambatan ekonomi global menyebabkan pasar domestik tidak bisa tumbuh signifikan. Itu sebabnya INTP tak memasang target pertumbuhan terlampau tinggi. Tahun ini, pertumbuhan bisnis INTP diperkirakan masih stagnan.
Dua Saham Bergerak Tak Wajar
Bursa Efek Indonesia (BEI) menetapkan pergerakan dua saham masuk dalam kategori di luar kebiasaan atau unusual market activity (UMA), Jumat (4/12). Dua saham tersebut adalah PT Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) dan PT Sunson Textile Manufacture Tbk (SSTM).
Irvan Susandy, Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, mengatakan, terjadi peningkatan harga dan aktivitas saham SSTM dan BBYB di luar kebiasaan. BEI sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham tersebut.
BEI meminta investor mencermati keterbukaan informasi dan aksi korporasi kedua emiten itu. BBYB terakhir kali memberikan keterbukaan soal laporan keuangan kuartal III 2015. SSTM juga menyampaikan keterbukaan informasi soal laporan keuangan perseroan.
PT Ciputra Property Tbk (CTRP)
Para emiten mulai menutup aksi pembelian kembali saham. PT Ciputra Property Tbk (CTRP) menutup masa pembelian kembali saham setelah periode tiga bulan. Anak usaha PT Ciputra Development Tbk (CTRA) ini menggelar buyback pada periode 31 Agustus 2015 hingga 30 November 2015.
Dalam pernyataan resminya, Jumat (4/12), CTRP melaporkan pembelian 10 juta saham pada periode tiga bulan yang rampung akhir November. Dari total rencana anggaran buyback maksimal Rp 100 miliar, CTRP hanya memakai dana Rp 3,82 miliar alias 3,82%. Harga pembelian rata-rata buyback CTRP adalah Rp 381,77 per saham. Harga pembelian ini jauh di bawah harga maksimal buyback yang dipatok CTRP, yakni sebesar Rp 900 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News