Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Yudho Winarto
CEO Triv Gabriel Rey melihat secara luas bahwa masyarakat Indonesia masih lebih banyak yang berinvestasi di koin kripto, dan masih belum banyak yang berani untuk investasi di NFT.
Dari segi likuiditas, Duwi menilai bahwa likuiditas perlu dilihat dari pasarnya itu sendiri, untuk saat ini sudah ada beberapa exchange di Indonesia yang menawarkan token berbasis NFT untuk diperdagangkan, sehingga menurutnya masih ada potensi untuk meningkat ke depannya.
Untuk peluang dari NFT, menurut Duwi masih besar karena beberapa hal, misalnya seperti tweet pertama pendiri twitter, Jack Patrick Dorsey, yang laku senilai US$ 2,9 juta, atau kasus dalam negeri seperti Denny JA.
Baca Juga: NFT baru dari penemu WWW, Indonesia turut ramaikan pasar NFT
“Seni NFT yang menarik dan dapat menarik investor adalah NFT yang memiliki faktor nilai historis atau memiliki memori khusus dalam suatu era. Jadi memang tidak sembarangan dan memiliki historical agar mendapatkan harga yang sepadan,” pungkas Duwi.
Gabriel juga melihat hal yang sama, apabila ingin berinvestasi di NFT, harus berupa sesuatu yang memiliki sejarah, seperti rilisan yang langka.
Ia juga menilai, apabila hanya ingin berinvestasi di NFT tapi hanya berdasarkan hype-nya saja, belum cocok untuk dijadikan investasi jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News