kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Negosiasi dagang Amerika Serika dan China masih memengaruhi pergerakan rupiah


Minggu, 13 Oktober 2019 / 13:33 WIB
Negosiasi dagang Amerika Serika dan China masih memengaruhi pergerakan rupiah
ILUSTRASI. ilustrasi Uang rupiah. KONTAN/Muradi/2019/09/17


Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) melemah, kurs rupiah kembali menguat tipis. Hasil perundingan negosiasi tahap satu antara Amerika Serikat (AS) dan China pada pekan lalu yang mengumumkan AS akan menunda pengenaan tarif impor tambahan terhadap China membawa dampak positif terhadap mata uang garuda. 

Alhasil, kurs rupiah menguat pada Jumat (11/10) kemarin. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kurs tengah rupiah menguat tipis 0,13% ke level Rp 14.139 per dollar AS. Sementara, data Bloomberg mencatatkan kurs spot rupiah sedikit menguat 0,09% ke level Rp 14.138 per dollar AS.

Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan pergerakan rupiah dipengaruhi faktor negosiasi perang dagang antara AS dan China. Terbukti dari hasil perundingan fase pertama kedua negara pada Jumat lalu yang mengumumkan AS menunda mengenakan tarif impor terhadap China yang seharusnya efektif pada 15 Oktober.

Baca Juga: Program baru The Fed: Borong Treasury Bills sekitar US$ 60 miliar per bulan

"Sentimen positif tersebut akan berlanjut dan berdampak menguatkan rupiah di perdagangan hari Senin besok," ujar Deddy kepada Kontan.co.id, Minggu (13/10).

Ia menambahkan ada pula sentimen positif lain dari notulensi rapat FOMC yang secara garis besar memberi sinyal adanya penurunan suku bunga acuan AS kembali di sisa akhir tahun 2019.

Pada kesempatan yag berbeda, ekonom Bank Central Asia (BCA) Josua Pardede mengatakan hal serupa. Saat penutupan perdagangan kemarin di AS, dollar memang agak tertekan karena dipengaruhi optimisme pelaku pasar terhadap hasil negoisasi perang dagang antara AS dan China yang cenderung memiliki hasil yang baik. 

Baca Juga: Ongkos pengiriman minyak global mencetak rekor tertinggi

Menurut Josua, sentimen positif tersebut masih akan berdampak hingga awal pekan besok. Sentimen kedua, Josua menilai data-data dari AS khususnya inflasi September kemarin sedikit lebih rendah dari perkiraan.

"Sehingga, hal tersebut memunculkan ekspektasi bahwa The Fed kemungkinan akan memangkas kembali suku bunga acuannya. Itu pula yang akhirnya secara keseluruhan agak menekan dollar," ujar Josua.

Faktor ketiga karena ada penguatan mata uang Euro dan Sterling. Penguatan tersebut berkaitan dengan harapan pelaku pasar terhadap hasil brexit yang sudah mulai jelas. Alhasil, ekspektasi tersebut menyebabkan pound sterling juga menguat signifikan di penutupan kemarin. 

Akibatnya, dollar secara keseluruhan agak tertekan dan terbukti juga saat di pasar Asia kemarin, sebagian besar mata uang Asia menguat terhadap dollar AS.

Namun, Josua menyatakan pelaku pasar masih akan mewaspadai karena China juga akan merilis beberapa data ekonomi seperti Trade Balance di sesi pagi perdagangan. Apalagi pelaku pasar memperkirakan ekspor China menurun ataupun Trade Balance China juga diperkirakan surplusnya menurun. 

Baca Juga: Negosiasi dagang AS-China berakhir, muncul harapan ada kesepakatan terbatas

Oleh karena itu, meski sentimen utamanya adalah negosiasi perang dagang antara AS dan China, tetapi dengan adanya rilis data Trade Balance China, Josua memperkirakan rupiah akan bergerak mix melemah dan menguat. 

Namun, ia memproyeksi pergerakan mata uang rupiah tetap berpotensi ada ruang penguatan terbatas dengan rentang Rp 14.100 - Rp 14.175.

Deddy juga mengatakan hal yang sama. Walaupun ada sentimen positif dari negoisasi perang dagang, tetapi masih ada yang mesti diwaspadai pelaku pasar, yaitu situasi Kawasan Teluk yang kembali memanas karena kapal tanker minyak Iran diserang pada Jumat lalu. 

Baca Juga: Yakin Nego Dagang AS-China Tercipta Kesepakatan, Kurs Rupiah Hari Ini Menguat Tipis

Atas situasi itu, AS merespon kondisi tersebut dengan menambah pasukan di Arab Saudi. "Dampak dari ketegangan tersebut terlihat dari harga minyak yang melesat naik dalam dua hari berturut-turut," papar Deddy.

Kendati demikian, Deddy menilai rupiah masih berpeluang terapresiasi di perdagangan Senin besok. Ia memperkirakan rupiah menguat di kisaran harga Rp 13.980 - Rp 14.150.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×