Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) melemah, kurs rupiah kembali menguat tipis. Hasil perundingan negosiasi tahap satu antara Amerika Serikat (AS) dan China pada pekan lalu yang mengumumkan AS akan menunda pengenaan tarif impor tambahan terhadap China membawa dampak positif terhadap mata uang garuda.
Alhasil, kurs rupiah menguat pada Jumat (11/10) kemarin. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kurs tengah rupiah menguat tipis 0,13% ke level Rp 14.139 per dollar AS. Sementara, data Bloomberg mencatatkan kurs spot rupiah sedikit menguat 0,09% ke level Rp 14.138 per dollar AS.
Analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar mengatakan pergerakan rupiah dipengaruhi faktor negosiasi perang dagang antara AS dan China. Terbukti dari hasil perundingan fase pertama kedua negara pada Jumat lalu yang mengumumkan AS menunda mengenakan tarif impor terhadap China yang seharusnya efektif pada 15 Oktober.
Baca Juga: Program baru The Fed: Borong Treasury Bills sekitar US$ 60 miliar per bulan
"Sentimen positif tersebut akan berlanjut dan berdampak menguatkan rupiah di perdagangan hari Senin besok," ujar Deddy kepada Kontan.co.id, Minggu (13/10).
Ia menambahkan ada pula sentimen positif lain dari notulensi rapat FOMC yang secara garis besar memberi sinyal adanya penurunan suku bunga acuan AS kembali di sisa akhir tahun 2019.
Pada kesempatan yag berbeda, ekonom Bank Central Asia (BCA) Josua Pardede mengatakan hal serupa. Saat penutupan perdagangan kemarin di AS, dollar memang agak tertekan karena dipengaruhi optimisme pelaku pasar terhadap hasil negoisasi perang dagang antara AS dan China yang cenderung memiliki hasil yang baik.
Baca Juga: Ongkos pengiriman minyak global mencetak rekor tertinggi
Menurut Josua, sentimen positif tersebut masih akan berdampak hingga awal pekan besok. Sentimen kedua, Josua menilai data-data dari AS khususnya inflasi September kemarin sedikit lebih rendah dari perkiraan.
"Sehingga, hal tersebut memunculkan ekspektasi bahwa The Fed kemungkinan akan memangkas kembali suku bunga acuannya. Itu pula yang akhirnya secara keseluruhan agak menekan dollar," ujar Josua.