Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Noverius Laoli
Awalnya Nara Hotel menyiapkan maksimal 1% dari total emisi untuk pooling allotment. Allotment ini umumnya menjadi kesempatan investor ritel membeli saham initial public offering (IPO). Seiring dengan berjalannya proses tersebut, porsinya berubah menjadi minimal 1% untuk pooling.
Hamdi menjelaskan, perubahan terjadi lantaran pihaknya ingin mengubah persepsi selama ini yang menyebutkan, investor ritel tidak akan pernah dapat saham IPO karena sudah dikuasai oleh beberapa investor strategis. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.
Baca Juga: Menguat 1% dalam sepekan, ini sentimen pendorong IHSG
"Segelintir investor justru berpikir saham kami tidak laku," tandas Hamdi.
Padahal, saat bookbuilding dilakukan, saham yang terserap untuk fixed allotment juga cukup besar. "Realisasi untuk fixed allotment sekitar 34% dari jumlah saham yang diterbitkan," imbuhnya.
Selain poin revisi allotment yang menjadi poin keberatan, selentingan kabar yang menuding Nara Hotel melakukan penggelembungan atau mark up ekuitas sebelum IPO juga menjadi isu bagi sejumlah investor.
Baca Juga: Pencatatan saham Nara Hotel Internasional (NARA) ditunda, begini penjelasan BEI
Hamdi berujar, tudingan tersebut tidak masuk akal. Sebab, perusahaan yang bakal IPO sebelumnya sudah pasti disuntikan modal atau aset terlebih dahulu. "Dan semuanya sudah diperiksa profesi penunjang seperti KJPP, auditor dan lainnya," imbuhnya.
Dia menambahkan, pihaknya menduga kegaduhan ini muncul akibat ulah bandar pooling. "Mereka gagal menguasai saham kami dan memengaruhi investor lain yang tadinya ingin berinvestasi dengan niat baik," terang Hamdi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News