kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mulai rilis laporan keuangan, simak rekomendasi saham bank BUMN berikut ini


Selasa, 02 Februari 2021 / 08:59 WIB
Mulai rilis laporan keuangan, simak rekomendasi saham bank BUMN berikut ini
ILUSTRASI. Laba bank-bank BUMN tahun lalu merosot.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perbankan pelat merah telah merilis laporan keuangan 2020. Pertama ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan penurunan laba sampai 45,8% sepanjang tahun lalu.

Dalam catatan Kontan, tren penurunan sejatinya telah dilampaui pada kuartal 2-2020, setelahnya laba kuartalan BRI kembali tumbuh positif. Dari laporan keuangan BRI tercatat tahun lalu BRI meraup laba senilai Rp 18,66 triliun, terkontraksi 45,8% (yoy) dibandingkan 2019 senilai Rp 34,41 triliun.

Adapun laba paling kecil dicatat BRI pada kuartal kedua 2020 senilai Rp 2,031 triliun merosot 75,14% (qoq) dibandingkan kuartal pertama 2020 senilai Rp 8,170 triliun. Sementara pada kuartal ketiga 2020 senilai Rp 3,953 triliun atau tumbuh 94,6% (qoq), dan kuartal keempat 2020 Rp 4,507 triliun dengan pertumbuhan 14,01% (qoq).

Kedua, ada PT Bank Negara Indonesia (BBNI) yang sudah merilis laporan keuangan sepanjang tahun lalu. BBNI mencatat laba bersih sebesar Rp 3,28 triliun pada tahun 2020. Realisasi ini merosot 78,7% dibanding periode setahun sebelumnya yang sebesar Rp 15,28 triliun.

Baca Juga: Begini nasib rekening dan deposito nasabah bank syariah BUMN usai merger

Selain itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga mencetak penurunan laba bersih 37,71% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 17,1 triliun di akhir tahun lalu. Asal tahu saja, pada tahun 2019 silam, Bank Mandiri masih membukukan laba bersih sebesar Rp 27,5 triliun atau tumbuh sebesar 9,9% bila dibandingkan dengan tahun 2018.

Pencapaian laba bersih di 2020 didorong oleh pertumbuhan fee based income yang naik 4,9% yoy menjadi Rp 28,7 triliun, dengan salah satu penyumbang utama adalah pendapatan dari transaksi online. Tercatat, frekuensi transaksi aplikasi Mandiri Online sepanjang 2020 mencapai lebih dari 600 juta transaksi dengan nilai transaksi mencapai lebih dari 1.000 triliun.

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama mengatakan, penurunan dari kinerja perbankan seiringan dengan naiknya provisi yang mengharuskan perbankan menaikkan cadangan atas kredit sebagai dampak dari restrukturisasi. Okie melihat, saat ini pelaku pasar juga sudah menyesuaikan dan juga mengantisipasi melambatnya kinerja perbankan pada tahun 2020.

Baca Juga: Terhimpit pandemi, kredit perbankan turun 2,41% di tahun 2020

Dia menambahkan, restrukturisasi yang berlanjut hingga 2022 diharapkan dapat menopang kinerja dari emiten yang terdampak. “Kami melihat non perfororming loan (NPL) masih berpotensi tinggi hingga kuartal kedua 2021 ini sekitar 3,0% hingga 3,1%. Namun indikasi terhadap membaiknya sektor riil sudah cukup terlihat dari PMI manufaktur yang saat ini telah berada di level ekspansi,” ungkap Okie, Senin (2/1).

Sehingga, sambung Okie, harapannya dengan stimulus bunga rendah dan kelonggaran kredit dapat mendorong pertumbuhan kredit dan juga kualitas dari kredit. Selain itu, sentimen terhadap efektivitas dari distribusi vaksin Covid-19 menjadi pemicu pemulihan dari kepercayaan pelaku bisnis yang dinilai dapat menjaga sektor riil tetap berada pada jalur ekspansi.

Sedangkan, apabila efektivitas dari pemulihan kesehatan tersebut tidak berjalan cepat, perlambatan terhadap pertumbuhan masih berpotensi terjadi. Okie mengatakan, maka hal tersebut bisa menjadi katalis negatif tak terkecuali untuk perbankan.

Namun secara garis besar dia melihat pertumbuhan perbankan pada tahun 2021 dapat lebih tinggi dari 2020 dan memiliki prospek yang baik di 2021.

Baca Juga: Lewat insentif regulator dan inisiatif digital, bankir yakin KPR tahun ini bertumbuh

Untuk sektor perbankan, Pilarmas Investindo masih menyematkan rekomendasi overweight. Adapun target harga untuk BBRI di Rp 4.740 per saham, BBNI dengan target harga Rp 7.900 per saham, BMRI dengan target harga Rp 7.850 per saham, dan BBTN dengan target harga Rp 2.060 per saham.

“Kualitas kredit yang diharapkan dapat membaik di tahun 2021 dinilai dapat berkontribusi terhadap naiknya NIM, selain itu suku bunga yang terjaga rendah diharapkan dapat menjadi trigger terhadap tumbuhnya kredit dari riil sektor,” tuturnya.

Sementara itu, dalam risetnya Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Lee Young Jun memangkas target harga untuk BBNI dari Rp 6.950 menjadi Rp 6.790 per saham. Namun, dia meningkatkan rekomendasi dari trading buy menjadi buy seiring dengan penurunan harga baru-baru ini. Lee Young Jun juga mempertahankan rekomendasi beli BBRI dengan target harga Rp 5.620 per saham.

Baca Juga: Dua bank BUMN ini bakal menggenjot kredit lewat kolaborasi dengan platform digital

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×