Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) memastikan untuk melakukan natural hedging dengan menukar utang dollar ke utang berdenominasi rupiah. MSKY akan meminta restu pemegang saham pada 29 April 2013 guna mengeksekusi rencana tersebut.
Pembayaran kembali (refinancing) utang itu dilakukan atas obligasi dollar MSKY sebesar US$ 165 juta dengan kupon 12,75%. Obligasi ini diterbitkan oleh anak usaha MSKY, Aerospace Satellite Corporation Holding B.V. (ASCH) pada 16 November 2010 lalu dan tercatat di Singapura.
Obligasi dollar bertenor 5 tahun tersebut sejatinya baru akan jatuh tempo pada 16 November 2015. Namun MSKY lewat anak usahanya, memiliki hak membeli kembali (put option) seluruh obligasi itu setiap saat sebelum 16 November 2013. "Jadi kemungkinan penerbitannya sekitar bulan itu," kata Rudy Tanoesoedibjo, Presiden Direktur MSKY, kepada KONTAN, Kamis lalu (11/4).
Rudy mengakui, saat obligasi dollar itu terbit tahun 2010 lalu, kondisi pasar kurang kompetitif sehingga pihaknya menanggung kupon cukup tinggi. Dia berharap, dengan yield obligasi negara yang rendah, MSKY bisa meraih kupon obligasi rupiah antara 7%–8%.
Sekedar catatan, laba bersih MSKY tahun lalu anjlok hingga 51,6% menjadi Rp 43 miliar. Salah satu penyebabnya adalah utang obligasi dollar yang membuat MSKY menanggung rugi kurs Rp 165 miliar.
Beruntung, kenaikan pendapatan MSKY tahun lalu, mampu menahan laba bersihnya tidak jatuh semakin dalam. Pendapatan MSKY naik 41,17% menjadi Rp 2,4 triliun dibandingkan 2011. "Rugi kurs itu hanya di pembukuan saja, margin kami terus naik," imbuh Rudy.
Tahun ini, penyedia jasa televisi berlangganan (pay tv) ini menargetkan jumlah pelanggan sebanyak 2,4 juta pelanggan. Hingga Maret 2013, jumlah pelanggan MSKY mencapai 1,8 juta dengan pertumbuhan per bulannya di kisaran 40 ribu–50 ribu pelanggan.
Langkah tepat
Handhi S. Kentjono, Wakil President Direktur MSKY menambahkan, pihaknya menganggarkan belanja modal tahun ini senilai Rp 1 triliun tahun. Anggaran ini diperuntukkan bagi consumer performance equipment (CPE). Ini adalah rangkaian peralatan untuk pemasangan televisi berlangganan seperti box dan decoder.
Kini, dari total pelanggan MSKY, sekitar 50% berasal dari pelanggan Indovision, 30% dari Top TV, dan 20% dari Okevision. "Kami juga akan membuka beberapa kantor cabang," tandasnya.
Analis Remax Capital Lucky Bayu Purnomo mengatakan, tujuan refinancing utang dollar MSKY cukup tepat. Sebab, dia memperkirakan, di semester kedua 2013, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah dan ada kecenderungan investor masuk ke pasar derivatif sehingga bisa mendongkrak nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. "Rupiah akan menguat. Kupon juga akan lebih bagus," tutur Lucky.
Sebetulnya, MSKY memiliki sejumlah opsi untuk membayar utang tersebut. Menurut Lucky, karena MSKY merupakan emiten baru, masih ada peluang bagi mereka untuk mendapatkan pendanaan dari penerbitan saham baru (rights issue), konversi utang, maupun penerbitan obligasi.
Kiswoyo Adi Joe, Managing Partners Investa Saran Mandiri menambahkan, beban bunga obligasi dollar MSKY sangat tinggi dan akan berakibat buruk bagi posisi keuangan MSKY jika tidak dilakukan refinancing secepatnya.
Kiswoyo merekomendasikan buy on weakness MSKY dengan target harga Rp 2.425. Sedangkan, Lucky menyarankan beli untuk jangka panjang saham MSKY, dengan target harga Rp 2.750 per saham.
Jumat (14/4), harga saham MSKY menguat 2,27% ke posisi Rp 2.250 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News