kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Moody's: Peringkat INDY akan dipangkas


Jumat, 22 Januari 2016 / 20:37 WIB
Moody's: Peringkat INDY akan dipangkas


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Moody Investor Service melakukan pemeringkatan terhadap produsen minyak yang berada di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Moody Investor Service menempatkan produsen minyak Indonesia, PT Indika Energy Tbk (INDY) direview untuk downgrade, seiring dengan merosotnya harga minyak dunia dan melemahnya permintaan, sehingga menyebabkan kelebihan pasokan.

Moody Investor Service menempatkan INDY dalam 120 perusahaan yang direkomendasikan downgrade, tujuh berasal dari Asia Selatan dan Tenggara. Ini termasuk Pertamina Indonesia, Malaysia Petroliam Nasional Berhad atau Petronas dan PTT Exploration & Production dari Thailand. Pelemahan ini berimbas pada tertekannya profil kredit perusahaan-perusahaan di sektor minyak dan gas.

Berdasarkan Indo Energy Finance B.V. Mata uang asing senior secured debt di B3 INDY ditempatkan pada ulasan untuk downgrade. Sedangkan, Indo Energy Finance II B.V. Mata uang asing senior secured debt di B3 ditempatkan pada ulasan untuk downgrade dengan Metodologi utama yang digunakan untuk pemeringkatan Indika Energy Tbk (INDY) adalah Bisnis dan Industri Consumer Service yang diterbitkan pada Desember 2014.

Peringkat dari review ini mempertimbangkan basis aset masing-masing perusahaan pertambangan, struktur biaya, kemungkinan membakar kas dan likuiditas, serta strategi manajemen untuk mengatasi penurunan berkepanjangan dan kemampuan untuk mengeksekusi pada saat bersamaan. Review juga menilai soal arus kas masing-masing perusahaan dan metrik kredit terbaru, dengan menekankan asumsi harga yang relatif berada peringkat positioning.

"Perlambatan pertumbuhan Tiongkok berpengaruh pada pasar komoditas, ditambah dengan kebutuhan untuk kalibrasi ulang yang signifikan dari pasokan, untuk membawa industri kembali ke keseimbangan menunjukkan bahwa ini bukan penurunan siklus normal. Tapi perubahan mendasar yang akan menempatkan mereka ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga membuat stres perusahaan tambang," ujar Brian Grieser, VP and Senior Analyst Moody's Inverstor Service, Jumat (22/1).

Rekomendasi tersebut telah disesuaikan dengan pandangan terhadap kondisi saat ini. Untuk rentang kemungkinan harga, lembaga pemeringkat tersebut juga mengatakan telah melihat adanya resiko besar melambatnya pemulihan harga. Sehingga 7 perusahaan minyak dan gas di Asia Selatan dan Asia Tenggara bersama 120 perusahaan lainnya, direview untuk melakukan downgrade profil kreditnya.

"Resiko besar, bahwa harga mungkin akan pulih lebih lambat dari jangka menengah sesuai dengan harapan banyak perusahaan, selain itu risiko bahwa harga mungkin jatuh akan terus berlanjut. Bahkan skenario pemulihan sederhana harga saat ini, perusahaan yang memproduksi dan melakukan pengeboran serta perusahaan jasa yang mendukung mereka akan mengalami kenaikan tekanan keuangan dengan arus kas yang jauh lebih rendah," lanjutnya.

Peningkatan produksi jauh melebihi pertumbuhan konsumsi minyak ini terjadi, disebabkan pertumbuhan moderat konsumsi dari konsumen utama seperti China, India dan Amerika Serikat. Hal ini membuat berlebihnya produksi dibandingkan dengan permintaan, Moody memperkirakan harga minyak mentah rata-rata US$ 33 per barel pada tahun ini lebih rendah US$ 10 dolar dibandingkan perkiraan sebelumnya.

"Produksi sekarang melebihi permintaan oleh sekitar 2 juta barel per hari, menambah sudah tinggi stok minyak global," ujarnya.

Sebagai bagian dari penilaian berkelanjutan dari market energi, Moody mengurangi asumsi harga minyak secara signifikan. Hal ini disebabkan keinginan Iran untuk menambah produksi lebih dari 500.000 barel per hari untuk pasokan global, sementara OPEC dan banyak produsen minyak Non-OPEC terus memproduksi sehingga akan terjadi pertarungan memperebutkan pasar.

"Penambahan minyak Iran ke pasar tahun ini diharapkan akan mengimbangi atau melebihi penurunan produksi AS dari sekitar 500.000 barel per hari," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×