kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Momentum Ramadan Diprediksi Dongkrak Kinerja Emiten Ritel, Simak Rekomendasi Sahamnya


Minggu, 03 Maret 2024 / 23:27 WIB
Momentum Ramadan Diprediksi Dongkrak Kinerja Emiten Ritel, Simak Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. Neon grafik simbol pergerakan saham terefleksi pada kaca di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis 29/2). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 12,52 poin (0,17%) ke level 7.316,11 pada perdagangan Kamis (29/2/2024) dengan total nilai transaksi mencapai Rp 15,1 triliun. Sebanyak 239 saham naik, 292 saham terkoreksi, dan 232 saham stagnan. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/29/02/2024


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Prospek emiten ritel diprediksi bakal menadah berkah akibat kenaikan permintaan di bulan puasa Ramadan dan Lebaran Idul Fitri 2024. 

Meski begitu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Abyan Habib Yuntoharjo, dalam riset 13 Februari 2024 menyampaikan bahwa prospek industri ritel pada tahun 2024 belum seutuhnya pulih. Diprediksi peningkatan pembelian yang berumur pendek di semeter pertama 2024.

Abyan mengatakan, meski target inflasi bank sentral telah tercapai, akan tetapi kenaikan upah minimum yang lebih rendah dan harga barang pokok yang lebih tinggi, dapat mengurangi daya beli.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham dari WH-Project Saat IHSG Berpotensi Menguat, Senin (4/3)

Selain itu, kebijakan moneter yang diperketat juga semakin membatasi pengeluaran diskresi, meskipun harga komoditas memberikan sedikit keringanan. 

Kendati demikian, kebijakan moneter yang lebih longgar pada paruh kedua tahun 2024 berpotensi mengurangi tekanan.

Bahkan konsumsi rumah tangga juga menunjukkan ketahanan, didorong oleh sektor-sektor seperti makanan dan pakaian, seiring dengan meningkatnya aktivitas.

Dia, memprediksi peningkatan konsumsi yang signifikan baru akan terjadi pada paruh kedua tahun 2024 karena kejelasan kebijakan pasca pemilu, berpotensi menurunkan suku bunga Bank Indonesia (BI). 

Baca Juga: Catat! Ini Rekomendasi Saham Leader & Laggard yang Layak Koleksi pada Bulan Maret

Untuk itu, dia menyarankan, investor yang memasuki sektor ritel harus berhati-hati, dengan mempertimbangkan risiko seperti kenaikan harga komoditas, melemahnya mata uang, dan persaingan yang ketat.

Sementara itu, Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto mengatakan bahwa kinerja sektor ritel diprediksi akan bertumbuh positif di tahun ini. Salah satunya ditopang oleh momentum bulan Ramadan dan Lebaran Idul Fitri 2024. 

"Berdasarkan pengalaman selama ini memang momen Ramadan dan lebaran menjadi salah satu penopang pertumbuhan bagi sektor ritel, biasanya mereka mampu catatkan pertumbuhan penjualan hingga double digit, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan selama setahun,” ujar Pandhu kepada Kontan.co.id, Jumat (1/3). 

Menurut Pandhu, dampak positif tersebut berasal dari masyakat yang kerap kali akan menggunakan uang Tunjangan Hari Raya (THR) mereka untuk belanja produk konsumsi. 

Lebih lanjut, Pandhu menilai adanya kenaikan barang konsumsi seperti beras sejauh ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat masih cukup kuat, meski permasalahan utamanya adalah biaya produksi yang meningkat serta distribusi yang tersendat. 

“Gangguan dari sisi suplai ini yang menjadi faktor utama kenaikan harga beras, jadi bukan dari kenaikan permintaan. Untuk tahun ini kami lihat pemerintah telah mengupayakan normalisasi atau stabilisasi harga pangan, sehingga kami perkirakan dampaknya tidak akan terlalu signifikan,” kata Pandhu. 

Dengan outlook yang cenderung positif, Pandhu merekomendasikan buy untuk PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dan PT Midi Utama Indonesia (MIDI), dengan target AMRT Rp 3.000 per saham dan MIDI Rp 400 per saham.

Sedangkan untuk, PT Indoritel Makmur International Tbk (DNET), Pandhu mengatakan bahwa kinerjanya masih tertekan sementara. Dia pun merekomendasikan wait and see terlebih dahulu. 

Prospek Kinerja AMRT, MIDI dan DNET 

Sementara itu, Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM), Reza Fahmi Riawan menyampaikan, untuk kinerja AMRT dan MIDI bakal prospektif di tahun ini, mengingat kedua perusahaan mencatatkan kinerja keuangan yang positif pada semester satu 2023. 

“Di mana AMRT membukukan pendapatan sebesar Rp 53,83 triliun, naik 12,42% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dan laba bersih sebesar Rp 1,61 triliun, naik 28,63%,” ujar Reza kepada Kontan.co.id. 

Sementara itu, MIDI membukukan pendapatan Rp 8,65 triliun, naik 12,92%, dan laba bersih Rp 259,26 miliar, naik 33,95% pada semester satu 2023 lalu. 

Lebih lanjut, Reza menyebutkan, beberapa sentimen yang mempengaruhi kinerja AMRT dan MIDI diantaranya yaitu, pemulihan ekonomi Indonesia pasca-pandemi Covid-19 dan ekspansi gerai-gerai yang seringkali dilakukan.  

Selain itu, AMRT dan MIDI juga telah menciptakan peluang bagi UKM lokal, yang memungkinkan UKM lokal menjual produknya baik di dalam toko maupun di depan toko, sehingga memberdayakan masyarakat lokal. 

Baca Juga: Rekomendasi Saham untuk Trading Harian Senin, 4 Maret 2024 Besok

“Penurunan inflasi juga diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat, yang berpotensi memberikan dampak positif pada kinerja kedua emiten ritel tersebut,” kata Reza. 

Reza pun merekomendasikan buy untuk AMRT dengan target harga Rp 2.960 per saham. Sementara MIDI, juga direkomendasikan buy dengan target harga Rp 570 per saham. 

Sedangkan untuk kinerja emiten, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), Reza memprediksi masih tertekan di tahun ini. 

Menurut dia, beberapa faktor eksternal seperti kekhawatiran akan resesi global dan pertumbuhan ekonomi yang kontraktif di beberapa negara, termasuk kekhawatiran pasar terhadap pernyataan dari eksekutif bank besar yang memprediksi kemungkinan resesi, dapat menjadi sentimen yang menyebabkan tekanan pada saham DNET. 

“Selain itu, kondisi makroekonomi seperti inflasi dan kebijakan moneter yang ketat juga berpengaruh pada sentimen pasar secara umum, yang dapat mempengaruhi kinerja saham perusahaan,” kata Reza. 

Reza pun merekomendasikan wait and see terlebih dahulu untuk saham DNET.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×