kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

MNC mengawali sukses dari broker saham


Kamis, 29 September 2016 / 11:52 WIB
MNC mengawali sukses dari broker saham


Reporter: Dityasa H Forddanta, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Rizki Caturini

DI jagat bisnis media Tanah Air, nama Grup Media Nusantara Citra (MNC) tidak asing lagi. Grup yang dinakhodai pengusaha Hary Tanoesoedibjo ini memiliki jejaring media massa cukup komplit. Ada stasiun televisi, radio, suratkabar, media daring hingga televisi berbayar.

Tidak dalam sekejap Hary Tanoesoedibjo membangun kerajaan medianya. Embrio Grup MNC lahir pada tahun 1989, yakni PT Bhakti Investama. Ini sebuah perusahaan yang bergerak di bidang sekuritas. Kala itu, Hary Tanoe masih berusia 25 tahun. Dia mendirikan Bhakti Investama dengan modal sebesar puluhan juta rupiah. 

Kemudian pada 1997, pria yang ngetop disebut Hary Tanoe ini membuat terobosan. Setahun sebelum krisis 1998 berkecamuk, Bhakti Investama (BHIT) mencatatkan saham perdana (IPO) di bursa efek. Belakangan Bhakti Investama bersalin nama menjadi MNC Investama.

Status sebagai pemilik perusahaan investasi membuat Hary Tanoe kerap berinteraksi dengan para konglomerat di negeri ini. Hal ini rupanya membuka peluang ekspansi bagi pengusaha ini.

Empat tahun setelah badai krisis moneter berlalu, tepatnya di 2002, Hary Tanoe kian getol melebarkan sayap bisnis. Dia memanfaatkan momentum krisis untuk mengakuisisi perusahaan lain, terutama yang nilainya menciut. Hary antara lain membeli sebagian saham Bimantara Citra, perusahaan milik anak mantan Presiden Soeharto, yakni Bambang Trihatmodjo. Bendera bisnis Media Nusantara Citra (MNC) pun mulai berkibar.

Kisruh saham TPI

Setahun berkecimpung di bisnis media, Hary Tanoe terkena batu sandungan. Dia berseteru dengan Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut, anak tertua Soeharto. Ini terkait kisruh kepemilikan saham PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia atau TPI. yang kini bersalin nama jadi MNC TV.

Kisruh bermula tatkala Mbak Tutut selaku pemilik TPI, punya tunggakan utang senilai Rp 1 triliun akibat imbas krisis moneter 1998. Hary Tanoe yang kala itu menjabat sebagai Direktur Utama Bimantara Citra, bersama Mbak Tutut, mendirikan PT Berkah Karya Bersama.

Di perusahaan inilah keduanya meneken perjanjian investasi pengalihan 75% saham TPI Ke Berkah Karya Bersama untuk menutup utang Tutut. Dari hasil rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), saham Mbak Tutut di TPI yang semula 100% terdilusi menjadi 25%. 

Tak terima keputusan itu, Mbak Tutut menggugat Berkah Karya Bersama. Pada Oktober 2010, Hary Tanoe mengganti nama TPI menjadi MNC TV. Perkembangan terakhir, Mahkamah Agung (MA) mengabulkan permohonan kasasi Berkah Karya Bersama.

Sengketa dengan Mbak Tutut tak menyurutkan langkah Hary Tanoe untuk berekspansi di bisnis media. Kini MNC sudah menjadi bisnis konglomerasi media besar dengan empat stasiun televisi nasional, tiga fokus di hiburan, satu fokus di berita dan olahraga, dengan segmen pasar kalangan bawah hingga atas.

Selain media, ada dua lagi fokus bisnis Grup MNC, yakni bidang finansial dan properti. Di sektor finansial, MNC menjalankan bisnisnya melalui MNC Kapital Indonesia. MNC Kapital berdiri setahun setelah krisis moneter. Anak usahanya antara lain MNC Bank, MNC Life, MNC Insurance, MNC Finance dan MNC Leasing.

Di sektor properti, Grup MNC memiliki MNC Land yang terus melebarkan bisnisnya. Misalnya, MNC Land mengakuisisi Lido Resort yang berlokasi di Bogor. Kelak, kawasan ini dikembangkan menjadi suatu komplek properti gaya hidup dan hiburan.

Tekun dan sabar menjadi kunci sukses Hary Tanoe membesarkan bisnisnya. "Terus berkeyakinan bahwa kita punya potensi yang besar untuk berhasil," ujar dia saat berpidato dalam acara Jakarta World Forum For Media Development (JWFMD) di kampus UMN Kompas Gramedia beberapa waktu lalu.     

Dibesarkan di tengah persaingan ketat

Hary Tanoesoedibjo lahir dan besar di Surabaya. Dia adalah anak dari Ahmad Tanoesoedibjo, seorang pengusaha yang pernah menjadi Ketua Persatuan China Muslim se-Jawa Timur.

Hary Tanoe adalah bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya adalah Hartono Tanoesoedibjo dan Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo. Untuk memoles dan membesarkan kerajaan bisnisnya, Hary punya prinsip tidak bergerak seorang diri. 

Karena itu, dia mengajak keluarga dekatnya ikut serta membangun dan menjaganya. Apalagi, Hary Tanoe sadar bahwa bisnis Grup MNC bakal terus membesar, sehingga ia akan memerlukan orang-orang yang ia percaya untuk mengelolanya.

Hary Tanoe menarik Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo alias Rudy Tanoe untuk menduduki posisi komisaris PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN). Rudy juga menjabat Direktur Utama PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY) dan Wakil Komisaris Utama PT Global Mediacom Tbk (BMTR).

Sedangkan Hary Tanoe masih memegang posisi kunci di Grup MNC. Dia antara lain menjabat sebagai Direktur Utama BMTR, Direktur Utama MNCN dan Direktur Utama PT MNC Investama Tbk (BHIT). 

Istri Hary Tanoe, Liliana Tanaja Tanoesoedibjo juga menjabat sebagai komisaris dan Presiden Direktur di beberapa unit usaha Grup MNC. Anak-anak Hary Tanoe dan Liliana pun mulai masuk  dan mengelola unit-unit bisnis milik MNC. Kelak, mereka akan memegang tongkat estafet kepemimpinan Grup MNC.

Menurut Rudi Tanoe, kunci utama kesuksesan Grup MNC tidaklah rumit. "Kejujuran dan komitmen terhadap pekerjaan merupakan dua hal yang terpenting," ujar dia kepada KONTAN.

Rudy berharap, Grup MNC menjadi pemimpin pasar di sektor bisnis yang digeluti. Ia juga memaparkan selama ini MNC dibesarkan oleh ketatnya persaingan. "Harapan saya, MNC Group bisa terus menjadi market leader," ungkap Rudi Tanoe.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×