Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - LABUAN BAJO. PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk alias Mitratel (MTEL) fokus menggarap bisnis serat optik atau fiber optic. Bahkan, MTEL meningkatkan target penambahan serat optik di tahun ini.
Direktur Utama MTEL Theodorus Ardi Hartoko mengatakan bahwa kinerja Mitratel di semester I sejalan dengan target perusahaan. Pria yang kerap disapa Teddy ini menyebutkan segmen bisnisnya yang cenderung baru, yakni serat optik mengalami pertumbuhan tertinggi.
Hingga semester I, pertumbuhan bisnis serat optik mencapai 104,9% secara tahunan (YoY). Sementara itu, segmen bisnis tower related tumbuh 7,8% YoY, tower leasing 7,2% YoY, dan reseller justru turun 13,5% YoY.
Meskipun memang, secara nominal kontribusinya masih kecil, yakni 4% dari total pendapatan semester I 2024. Penyewaan menara awata tower leasing masih menjadi kontributor utama pendapatan mencapai 83% dari total.
Baca Juga: MTEL Targetkan Teknologi Flying Tower System Mulai Komersialisasi di 2026
Pada semester I 2024, MTEL mencatatkan pendapatan sebesar Rp 4,44 triliun atau tumbuh 7,75% YoY dari semester I 2023 sebesar Rp 4,12 triliun. Sementara EBITDA tumbuh 10,2% menjadi Rp 3,69 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,35 triliun.
Laba tahun berjalan MTEL tumbuh 4,08% YoY menjadi Rp 1,06 triliun. Semester I 2023, laba bersih Mitratel sebesar Rp 1,02 triliun.
"Hingga akhir tahun, kami membidik pertumbuhan pendapatan dan EBITDA high single digit," sebutnya dalam media gathering di Labuan Bajo, Senin (5/8).
Baca Juga: Mengenal BTS Terbang dan Perizinannya, Hasil Kongsi MTEL dan Anak Usaha Airbus
Di sisi lain, menilik pertumbuhan bisnis serat optik, Mitratel melakukan revisi rencana ekspansi hingga akhir tahun. Direktur Investasi MTEL, Hendra Purnama menyebutkan bahwa perusahaan meningkatkan target penambahan serat optik.
"Kami meningkatkan penambahan fiber optic menjadi 14.000 km dari sebelumnya 10.000 km," sebutnya.
Sementara itu, pihaknya menurunkan target penambahan tenant menjadi 3.000 dari sebelumnya 4.000. Dengan penambahan itu, rasio operator penyewa menara perusahaan atau tenancy ratio ditargetkan mencapai 1,56 kali. Semester I 2024, tenancy ratio MTEL sebesar 1,52 kali.
Adapun tahun ini MTEL menganggarkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sebesar Rp 5,6 triliun. Dari anggaran tersebut, sebesar Rp 2,1 triliun rencananya akan digunakan untuk akuisisi serat optik.
"Namun sejauh ini belum ada, sehingga penggunaan capex di semester I baru untuk keperluan organik," terangnya.
Baca Juga: Mitratel (MTEL) Bermitra Dengan Anak Usaha Airbus AALTO HAPS
Sementara itu, berdasarkan DealStreetAsia, PT Indosat Hutchison Tbk (ISAT) berencana menjual serat optiknya. Adapun perkiraan harganya mencapai US$ 2 miliar.
Menanggapi hal tersebut, Hendra menyebutkan saat ini pihaknya masih dalam tahap diskusi internal. Sebab, serat optik yang akan jual campuran, melingkupi submarine, backbone, dan fiber to the home, yang mana itu bukan area utama MTEL.
"Jadi saya belum bisa umumkan, kalau fiber to the tower kami pasti partisipasi, tetapi karena mix sehingga kami masih melakukan penilaian," katanya.
Baca Juga: Jumlah Menara Bertambah, Laba Bersih Mitratel (MTEL) Kian Menjulang
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Niko Margaronis menyebutkan bahwa prospek MTEL masih menarik dengan potensi pertumbuhan kinerja dan harga sahamnya. Terlebih, saat ini harga sahamnya terbilang cukup murah.
Niko berpendapat bahwa ekspansi yang dilakukan MTEL dapat mendorong pertumbuhan kinerja Mitratel di mana mendatang. Kemudian, Mitratel juga memiliki infrastruktur terbesar dibandingkan pesaingnya. Ia juga menilai positif atas penerapan teknologi baru Flying Tower System (FTS).
"Namun sentimen utamanya dari penurunan suku bunga," ujarnya.
Menurutnya, jika pemangkasan suku bunga the Fed terjadi pada September 2024 maka akan memberikan efek positif terhadap kinerja Mitratel. Sebab, beban biaya MTEL berpotensi berkurang, mengingat MTEL merupakan bisnis padat karya.
Niko merekomendasikan buy saham MTEL dengan target harga Rp 960 per saham untuk 12 bulan ke depan. Pada Selasa (6/8), harga MTEL ditutup stagnan di Rp 675 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News