kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mitratel kantongi kontrak backlog sewa menara Rp 30,7 triliun sampai 2030


Jumat, 26 November 2021 / 10:50 WIB
Mitratel kantongi kontrak backlog sewa menara Rp 30,7 triliun sampai 2030
ILUSTRASI. Pencatatan perdana saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) alias Mitratel di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (22/11/2021).


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto

Mitratel menyiapkan empat pilar utama untuk memperkuat posisinya sebagai pemimpin dalam bisnis menara. Pertama, Mitratel memimpin dalam pengembangan bisnis organik, yaitu Build-to-Suit (B2S) dan kolokasi baru dari operator seluler dengan menambah kapasitas dan cakupan.

Mitratel memiliki diferensiasi melalui kemampuan eksekusi B2S yang lebih unggul daripada yang lain. Mitratel mampu memanfaatkan sebaran menara di Indonesia untuk kolokasi dari penyewa baru di area perkotaan dan pedesaan.

Kedua, Mitratel memimpin dalam pengembangan bisnis anorganik dengan menjaga kekuatan pada neraca keuangan dan arus kas untuk akuisisi menara yang prospektif.

Mitratel juga masih berpotensi mengonsolidasikan portofolio aset menara di TelkomGroup dan mengakuisisi operator menara sebagai bagian dari konsolidasi industri untuk bisnis yang lebih sehat.

Baca Juga: Investor Mitratel (MTEL) Tak Sendiri, 36,59% Emiten Baru Harga Sahamnya di Bawah IPO

Ketiga, Mitratel melakukan perluasan bisnis dengan layanan baru, yaitu mengembangkan layanan infrastruktur digital sesuai dengan kebutuhan operator seluler, mengoptimalkan kapasitas jaringan fiber Telkom, serta kerja sama B2B yang strategis dan terintegrasi dengan bisnis menara,

Dengan perusahaan fiber, Mitratel membangun jaringan fiber untuk menara yang belum fiber-ready, memfasilitasi layanan IoT sebagai infrastructure-enabler untuk pelanggan non-operator seluler, dan ekspansi small cells dan solusi infrastruktur dalam rangka mengantisipasi kebutuhan 5G di Indonesia.

Keempat, Mitratel terus meningkatkan efisiensi operasional dengan implementasi efisiensi biaya operasi dan pemeliharaan untuk meningkatkan profitabilitas, menjaga batas biaya dalam perpanjangan sewa lahan, dan melakukan inisiasi awal dengan pemilik lahan dalam negosiasi perpanjangan untuk mengoptimasi biaya atas sewa lahan.

Mitratel juga mengurangi belanja modal pemeliharaan dan memprioritaskan pemeliharaan yang bersifat preventif, serta meningkatkan efisiensi operasional melalui integrasi dengan sistem IT (digitalisasi).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×