Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten rumah sakit PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) merevisi pertumbuhan pendapatannya hingga akhir tahun ini menjadi 15% year on year (yoy) dari sebelumnya 11%-13% yoy.
Investor Relation PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk Aditya Widjaja menyatakan perubahan target pendapatan tentunya juga diikuti dengan revisi target EBITDA dan margin laba.
"Adapun target EBITDA-nya juga naik 7%-8% sehingga menjadi 20% yoy dari sebelumnya ditargetkan tumbuh 12%-13% yoy," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (23/8).
Selain itu margin EBITDA MIKA juga direvisi menjadi 36%-37% yoy dari sebelumnya ditargetkan 35%-36% yoy.
Aditya menyatakan revisi target ini lebih karena hasil kinerja semester I-2019 yang cukup impresif dan peningkatan pasien non-BPJS terutama yang menggunakan asuransi seperti Prudent, Allianz, dan lain sebagainya sedangkan dari perusahaan seperti karyawan yang berobat dan dijamin pembayarannya oleh perusahaan.
Baca Juga: Mitra Keluarga (MIKA) pasang strategi masuki pasar JKN
Menilik laporan keuangannya di semester I-2019 MIKA mencatatkan pertumbuhan pendapatan 15,32% yoy menjadi Rp 1,58 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 1,37 triliun. Adapun rumah sakit barunya berkontribusi sebesar 6%.
Aditya bilang pendapatan itu disokong oleh segmen asuransi & perusahaan naik sekitar 11% dan kontribusinya sekitar 45% ke konsolidasi.
Selain itu di paruh pertama ini pendapatan juga disokong dari penyakit demam berdarah yang berkontribusi 18%-20% dari pendapatan.
Saat ini MIKA sudah mengoperasikan 14 rumah sakit dari 24 rumah sakit yang telah melayani pasien JKN. Aditya bilang kontribusi dari pasien BPJS juga naik karena tahun lalu MIKA relatif baru menerima pasien BPJS tetapi kontribusi ke pendapatannya baru 13% dari total konsolidasi pendapatan.
Baca Juga: Mitra Keluarga Karyasehat (MIKA) tambah empat rumah sakit tahun ini
Asal tahu saja sebelumnya Kementerian Keuangan menyatakan akan menaikkan anggaran BPJS sebesar 82% menjadi Rp 48,8 triliun dari sebelumnya hanya Rp 26,6 triliun.
Namun, Aditya menyatakan sejauh ini revisi target tidak ada hubungannya dengan naiknya anggaran BPJS sebab tarif reimbursement-nya belum ada pembicaraannya akan naik atau malah turun. Menurutnya kalau cuma kenaikan premi saja dampaknya hanya di cashflow BPJS yang lebih sehat.
Walaupun semester II biasanya lebih soft dibanding Semester 1, MIKA optimistis revisi target ini akan tercapai karena di paruh kedua nanti akan banyak pasien dari segmen Asuransi dan Perusahaan yang marginnya lebih besar dibandingkan dengan pasien BPJS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News