CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Minyak WTI tergelincir ke US$ 31,32 per barel, terhimpit corona dan lubernya pasokan


Senin, 16 Maret 2020 / 10:09 WIB
Minyak WTI tergelincir ke US$ 31,32 per barel, terhimpit corona dan lubernya pasokan
ILUSTRASI. FILE PHOTO: Flames emerge from flare stacks at Nahr Bin Umar oilfield, north of Basra, Iraq, September 16, 2019. REUTERS/Essam Al-Sudani/File Photo


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan minyak mentah terus berlanjut di awal pekan ini, Senin (16/3). Pemangkasan suku bunga The Fed gagal menenangkan pasar keuangan global yang panik karena wabah virus corona.

Melansir Bloomberg, pukul 09.49 WIB, minyak Brent menyentuh rekor penurunan terdalam ke level US$ 32,99 per barel atau 2,39%.

Sedangkan minyak West Texas Intermediate (WTI) pengiriman April 2020 ke level US$ 31,32 per barel atau jatuh 1,29%.

Baca Juga: Harga Minyak Masih Sulit Bangkit, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham di Sektor Minyak

Kemarin, The Fed memangkas suku bunga kedua bulan ini dan mengatakan akan memperluas neraca setidaknya US$ 700 miliar dalam beberapa pekan mendatang dalam upaya untuk meredakan ketegangan di pasar keuangan.

Harga minyak telah berada di bawah tekanan kuat pada sisi permintaan dan penawaran: Kekhawatiran tentang pandemi corona yang pemotongan pembelian minyak.

 Sementara kekhawatiran kelebihan pasokan tumbuh setelah eksportir utama Arab Saudi meningkatkan produksinya dan memangkas harga untuk meningkatkan penjualan kepada konsumen di Asia dan Eropa.

Awal bulan ini, Organisasi Negara-negara Minyak dan Rusia gagal memperpanjang perjanjian pemangkasan produksi yang telah mendukung harga sejak 2016.

"Ketakutan tetap menjadi inti masalah di sini karena para pelaku pasar tetap tidak yakin bahwa pelonggaran kebijakan moneter dan suntikan likuiditas akan menyelesaikan krisis kesehatan yang pada dasarnya," kata ekonom OCBC Bank Selena Ling di lansir Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×