Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Minyak mengalami koreksi sesaat seiring dengan gejolak pasar global. Setelah mencapai level tertinggi sembilan bulan pada pekan lalu, harga minyak tertekan selama tiga hari berturut-turut.
Mengutip Bloomberg, Senin (13/6) pukul 20.12 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Juli 2016 di New York Mercantile Exchange melemah 1,3% ke level US$ 48,35 per barel dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir minyak tergerus 2,6%.
Menurut Analis SoeGee Futures, Nizar Hilmy, minyak tergerus di tengah kekhawatiran dampak Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa terhadap ekonomi global.
Menjelang referendum Brexit tanggal 23 Juni mendatang, warga Inggris menunjukkan keinginan untuk keluar dari Uni Eropa. Terjadinya Brexit dikhawatirkan membawa gejolak ekonomi global.
Isu Brexit memang tidak secara langsung mempengaruhi harga minyak. Tetapi kejatuhan saham akibat isu Brexit turut mempengaruhi sentimen di bursa komoditas sehingga minyak terkena imbasnya.
Di saat yang sama, tekanan harga datang setelah aktivitas pengeboran minyak Amerika Serikat (AS) meningkat. Baker Hughes Inc. pekan lalu merilis rig pengeboran minyak AS bertambah tiga menjadi 328 rig.
Ini merupakan kenaikan dalam dua pekan berturut-turut. "Harga sudah terlalu tinggi sementara belum ada berita positif yang mendukung harga minyak. Pelaku pasar memanfaatkan untuk profit taking," papar Nizar.
Aksi profit taking merupakan hal yang wajar mengingat harga minyak telah melonjak sekitar 85% dari level terendah 12 tahun pada Februari lalu.
Menteri minyak Iran, Bijan Namdar Zanganeh menambah tekanan dengan menyatakan akan meningkatkan output sebesar 600.000 - 700.000 barel per hari dalam lima tahun ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News