Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Adanya sengketa dalam kesepakatan awal Iran dengan negara barat terkait kesepakatan nuklir, membuat harga minyak rebound pada penutupan akhir pekan lalu.
Mengutip Bloomberg, Jumat (10/4) harga minyak mentah kontrak pengiriman Mei 2015 di New York Merchantile Exchange melesat 1,6% ke level US$ 51,64 per barel. Harga ini juga terbang sebanyak 5,1% dalam sepekan terakhir. Kenaikan mingguan harga ini merupakan yang tertinggi sejak Februari 2014 silam.
Berdasarkan pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei pada Kamis (9/4) bahwa sanksi terhadap Iran harus segera dilepaskan begitu perjanjian ditandatangani. Ini bertentangan dengan keterangan kesepakatan yang disampaikan oleh AS dan Prancis pada Kamis (2/4)
Seperti yang disampaikan oleh Eugen Weinberg, Kepala Riset Komoditas Commerzbank AG di Frankfurt bahwa jika pencabutan sanksi merupakan syarat dari Iran untuk perjanjian nuklir tersebut, maka bisa tidak ada kesepakatan.
“Gejolak harga memang kerap terjadi berkaitan dengan kesepakatan Iran. Memasuki tahap awal ini sengketa yang terjadi memberikan ruang bagi harga,” kata Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures. Dengan ditemukannya kesenjangan kesepakatan antara Iran dan negara barat maka terjadi penundaan kembalinya ekspor Iran ke pasar.
Pasalnya selama ini pasar khawatir, jika kesepakatan dicapai. Pasar global bisa kembali ketumpahan stok minyak. Barclays Plc dan Societe Generale SA memprediksi bahwa saat ini Iran mungkin sudah menimbun stok sekitar 7 – 35 juta barel minyak. “Kalau kembali sudah diprediksi stok minyak Iran akan menambah sekitar 1 juta barel per hari,” papar Nizar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News