Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga minyak masih bertenaga setelah mencatat penguatan terpanjang dalam lebih dari satu tahun. Sentimen positif datang dari turunnya cadangan minyak dan bensin Amerika Serikat (AS) sehingga mengurangi angka suplai yang telah berada di level tertinggi dalam dua dekade.
Mengutip Bloomberg, Kamis (18/8) pukul 19.16 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman September 2016 di New York Mercantile Exchange menguat 0,53% ke level US$ 47,04 per barel dibanding sehari sebelumnya. Minyak melaju dalam enam hari beruntun dan mencatat kenaikan 8% dalam sepekan terakhir.
Menurut data Energy Information Administration (EIA), persediaan minyak mentah AS jatuh paling dalam selama lima pekan sementara cadangan bensin meluncur turun di minggu ketiga. Produsen minyak yang tergabung dalam OPEC masih dalam rencana untuk melakukan pembatasan produksi.
Harga minyak telah melonjak 19% sejak jatuh ke bawah US$ 40 per barel pada awal bulan. Menteri Energi Rusia, Alexander Novak mengatakan bahwa Rusia terbuka untuk membahas pembekuan produksi setelah Menteri Energi Arab Saudi Khalid Al Falih menyatakan jika pembicaraan non formal pada bulan depan dapat menghasilkan tindakan untuk menstabilkan pasar.
"Secara mengejutkan penurunan tajam persediaan minyak mentah dan bensin AS membuat harga melompat," ujar michael Poulsen, Analis Global Risk Management Ltd., seperti dikutip Bloomberg, Kamis (18/8). "Laporan persediaan minyak mingguan menyimpang dari konsensus," imbuhnya.
EIA merilis data stok minyak mentah AS pekan lalu yang turun 2,5 juta barel menjadi 521,1 juta barel. Sementara cadangan bensin turun 2,7 juta barel menjadi 232,7 juta barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News