Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun sekitar 1% pada Selasa (18/3) setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas langkah-langkah untuk mengakhiri perang tiga tahun di Ukraina, yang berpotensi meringankan sanksi terhadap ekspor bahan bakar Rusia.
Putin menyetujui usulan Trump agar Rusia dan Ukraina menghentikan serangan terhadap infrastruktur energi masing-masing selama 30 hari.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 51 sen (0,7%) menjadi US$70,56 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 68 sen (1,0%) ke US$66,90 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Serangan AS terhadap Houthi dan Harapan Ekonomi China
Meskipun ada potensi gencatan senjata antara AS dan Rusia di Ukraina, beberapa analis menilai pemulihan ekspor energi Rusia akan memakan waktu lama.
Menurut data U.S. Energy Information Administration (EIA), Rusia memproduksi sekitar 9,2 juta barel per hari (bpd) pada 2024, turun dari 9,8 juta bpd pada 2022 dan rekor 10,6 juta bpd pada 2016.
Selain kemungkinan peningkatan pasokan minyak global dari Rusia, kekhawatiran ekonomi akibat tarif Trump juga menekan harga minyak.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memperingatkan bahwa kebijakan tarif AS dapat menekan pertumbuhan ekonomi di AS, Kanada, dan Meksiko, serta menurunkan permintaan energi global.
Di AS, pembangunan rumah keluarga tunggal melonjak tajam pada Februari setelah musim dingin mereda.
Namun, kenaikan biaya konstruksi akibat tarif dan kekurangan tenaga kerja mengancam pemulihan sektor tersebut.
"Risiko resesi semakin meningkat, dan tarif kini menjadi ancaman utama bagi ekonomi," kata Bob Yawger, Direktur Energi Berjangka di Mizuho.
Ia menambahkan bahwa berbagai tarif baru untuk sejumlah negara dijadwalkan mulai berlaku 2 April.
Baca Juga: Goldman Sachs Memangkas Proyeksi Harga Minyak
Analis di firma riset energi Wood Mackenzie memperkirakan harga minyak Brent akan rata-rata di US$73 per barel pada 2025, turun US$7 per barel dari 2024 akibat kebijakan tarif AS dan rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi.
Awal bulan ini, OPEC+, yang mencakup Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya seperti Rusia, memutuskan untuk melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak pada April.
Ketegangan Timur Tengah dan Dampaknya pada Pasar Minyak
Sebelumnya, harga minyak sempat mencapai level tertinggi dalam dua minggu karena kekhawatiran bahwa instabilitas di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak global.
Di Yaman, Trump berjanji akan terus menyerang kelompok Houthi yang didukung Iran, kecuali mereka menghentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.
Trump juga memperingatkan bahwa Iran akan bertanggung jawab atas setiap serangan Houthi.
Jika AS menyerang Iran atau Houthi menyerang produsen minyak Arab lainnya, pasokan minyak global bisa terganggu.
Iran, anggota OPEC, memproduksi sekitar 3,3 juta bpd minyak mentah pada 2024, menurut EIA.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik 1% Senin (17/3) Pagi, AS Bersumpah Terus Menyerang Houthi
Analis di J.P. Morgan mencatat bahwa meskipun ada sanksi, ekspor minyak Iran tetap stabil di sekitar 1,7 juta bpd, melampaui level 2023 dan 2024.
Di Gaza, serangan udara Israel menewaskan lebih dari 400 orang, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Serangan ini mengakhiri kebuntuan selama beberapa minggu terkait perpanjangan gencatan senjata yang dimulai pada Januari.
Stok Minyak AS
Data stok minyak AS dari American Petroleum Institute (API) akan dirilis pada Selasa, sementara laporan EIA akan diumumkan pada Rabu.
Analis memperkirakan perusahaan energi menambah sekitar 0,9 juta barel minyak ke stok AS selama pekan yang berakhir 14 Maret.
Sebagai perbandingan, periode yang sama tahun lalu mencatat penurunan 2 juta barel, sedangkan rata-rata kenaikan selama lima tahun terakhir (2020-2024) adalah 1,6 juta barel.
Selanjutnya: Prakiraan Cuaca Jawa Barat Terbaru: Bandung, Bekasi, Bogor, Depok dan Wilayah Lain
Menarik Dibaca: Jadwal Terbaru KRL Solo-Jogja Rabu 19 Maret 2025 Menuju Yogyakarta
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News