Reporter: Albertus P, Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemerintah kembali melelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), hari ini (23/2). Empat Sukuk Negara berbasis proyek alias project based sukuk (PBS) yang ditawarkan, adalah PBS001, PBS002, PBS003 dan PBS004. Target penyerapan pemerintah Rp 1 triliun.
Ariawan, analis obligasi Mega Capital Indonesia, memperkirakan, lelang sukuk hari ini tidak akan seramai lelang sebelumnya. Saat itu,nilai penawaran penempatan dana yang masuk mencapai Rp 7,05 triliun, atau tujuh kali lipat daripada target pemerintah. "Investor asing, cenderung wait and see," kata dia.
Kesepakatan pengucuran dana talangan untuk Yunani meredam kekhawatiran pelaku pasar global, hingga menurunkan daya tarik aset dari emerging market. Investor juga menunggu kepastian harga bahan bakar minyak (BBM) yang baru.
Ariawan memperkirakan, tawaran penempatan dana yang masuk dalam lelang hari ini berkisar Rp 4 triliun-Rp 5 triliun. Seri PBS003 dan PBS004 yang memiliki tenor masing-masing 15 dan 25 tahun, diramalkan akan menjadi yang sukuk paling diminati.
Menurut Ariawan, investor cenderung memilih tenor panjang karena imbal hasil lebih menarik. PBS003 menawarkan return 5,7% - 5,85%, sedang PBS004 6,25%-6,4%. Imbal hasil sukuk jauh lebih tinggi daripada yield SUN, untuk mengompensasi perdagangannya yang sepi.
Head of Debt Capital Market PT Trimegah Securites Tbk, Herdi Ranu Wibowo, menduga lelang sukuk masih akan ramai diserbu investor lokal. Proyeksi Herdi, tawaran penempatan dana mencapai Rp 2 triliun. "Investor asing sedikit karena sukuk kurang likuid. Asing lebih memilih masuk ke SUN daripada ke sukuk," ujar Herdi, kemarin.
Herdi juga memperkirakan, PBS004 akan banyak dilirik investor. Sebab, seri tersebut memberikan yield yang lebih tinggi dibandingkan sukuk seri lain. "Jika pemerintah semakin sering menerbitkan sukuk, perdagangan akan semakin likuid. Karena itu, investor juga mulai banyak yang melirik," tutur dia.
Herdi memprediksi, dalam lelang kali ini, investor akan meminta yield yang lebih tinggi daripada imbal hasil yang diberikan di pasar sekunder. Penyebabnya, pergerakan yield sukuk di pasar sekunder juga naik. Kenaikan yield di pasar sekunder naik karena kekhawatiran investor terhadap harga minyak dunia yang terus merangkak naik.
Kenaikan harga minyak dunia tentu akan berimbas pada kenaikan bahan bakar minyak (BBM). Akibatnya, laju inflasi juga ikut terdongkrak. "Hari ini ada koreksi harga SUN dan yield mulai naik. Hal tersebut akan memengaruhi yield sukuk yang ditawarkan investor," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News