Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah resmi mengumumkan hasil penjualan Savings Bond Ritel seri SBR004 sebesar Rp 7,32 triliun atau oversubscribed sekitar 4,9 kali dari target awal Rp 1,49 triliun. Ini dinilai sebagai pertanda bahwa minat investor ritel terhadap produk surat utang cukup tinggi.
Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia, Anil Kumar mengatakan, penyebab tingginya angka penjualan SBR004 adalah aksi investasi ulang yang dilakukan oleh sejumlah investor pemilik sukuk ritel untuk seri yang jatuh tempo pada tahun ini. “Investor tersebut kembali menyesuaikan portofolionya dengan membeli SBR004,” ujar Anil, Senin (17/9).
Penyebab lain tingginya penjualan SBR004 karena tawaran kupon awal yang mencapai 8,05%. Belum lagi, instrumen ini memiliki fitur yang mana kuponnya dapat menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Dari situ, ia menilai, selama penawaran kupon yang diberikan lebih tinggi dari deposito dan bahkan yield surat utang negara untuk seri tertentu, maka investor ritel akan antusias berinvestasi di instrumen obligasi. Proses transaksi pun tak lagi menjadi persoalan asalkan pihak pemerintah maupun agen penjual terus melakukan edukasi dan sosialisasi yang benar.
Lebih lanjut, walau nilai kepemilikan investor asing di surat berharga negara (SBN) masih tergolong kecil, potensi investor ritel sebenarnya perlu dioptimalkan oleh pemerintah yang sedang membutuhkan pembiayaan melalui penerbitan obligasi.
Hal tersebut mengingat investor asing yang biasanya mendominasi komposisi kepemilikan di SBN justru kerap melakukan aksi jual sepanjang tahun ini. Di sisi lain, pemerintah tidak bisa terus-terusan berharap pada investor institusi lokal yang juga cenderung sensitif terhadap risiko pasar. “Kalau investor ritel tidak begitu terpengaruh oleh isu pasar, mereka lebih concern terhadap tawaran imbal hasil,” ungkap Anil.
Berdasarkan pemberitaan Kontan sebelumnya, pemerintah telah merencanakan penerbitkan Obligasi Ritel Indonesia atau ORI15 dan Sukuk Tabungan atau ST002 di sisa tahun ini untuk menambah basis investor ritel.
Terlepas dari itu, Anil berpendapat, ketika pemerintah berupaya menerbitkan obligasi berbasis ritel, maka hal tersebut dapat menjadi tantangan tersendiri buat perbankan.
Sebab, jika pemerintah kelak kembali menawarkan kupon obligasi ritel yang lebih tinggi ketimbang deposito perbankan, ada potensi perpindahan dana investasi dari bank ke pemerintah. “Persaingan imbal hasil ini bisa memicu kenaikan bunga deposito yang tentu ada konsekuensinya buat perekonomian Indonesia,” terang Anil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News