kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Minat Investor di Pasar Modal Diperkirakan Bakal Naik di Semester II 2024


Kamis, 08 Agustus 2024 / 20:28 WIB
Minat Investor di Pasar Modal Diperkirakan Bakal Naik di Semester II 2024
ILUSTRASI. Minat investor di pasar modal Indonesia diperkirakan akan meningkat di semester II 2024.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor di pasar modal Indonesia diperkirakan akan meningkat di semester II 2024. Asal tahu saja, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) di bursa tengah menurun. 

Melansir data di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi harian rata-rata di bursa sepanjang bulan Juli sebesar Rp 9,93 triliun. Ini turun 22,64% secara bulanan dari Rp 12,84 triliun di bulan Juni 2024. Namun, nilai ini naik 2,87% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 9,65 triliun di bulan Juli 2023.

Sebagai catatan, rata-rata nilai transaksi harian di bursa mencapai level tertingginya pada bulan Mei 2024, yaitu Rp 14,38 triliun. Per hari ini (8/8), nilai transaksi di bursa sebesar Rp 8,70 triliun. Alhasil, nilai transaksi harian rata-rata menjadi Rp 11,78 triliun pada perdagangan hari ini.

Sementara, BEI menargetkan nilai transaksi harian rata-rata naik ke Rp 12,25 triliun per hari di tahun 2024. Padahal, saat ini sedang musim laporan keuangan yang seharusnya bisa lebih mengerek minat investor di pasar bursa domestik

Baca Juga: IHSG Melemah ke 7.195 Hari Ini (8/8), BMRI, BBCA, ASII Paling Banyak Net Buy Asing

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, pelemahan minat investor di pasar modal diperkirakan akibat rilis laporan keuangan emiten yang belum sesuai ekspektasi.

Pertumbuhan pendapatan mayoritas perusahaan masih turun. Ini akibat fluktuasi harga komoditas yang selama ini jadi motor penggerak utama perekonomian Indonesia. Alhasil, emiten sektor komoditas pun mencatatkan penurunan pertumbuhan pendapatan di akhir semester II.

“Walaupun dari sisi nominal ini masih lumayan. Tetapi, turunnya jauh sekali dari puncak tertinggi di tahun 2022,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (7/9).

Di sisi lain, data pertumbuhan ekonomi Indonesia juga melambat di kuartal II. Badan Pusat Statistik (BPS) mengatakan, raihan PDB Indonesia melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal II 2024 mencapai 5,05% year on year (YoY). Pertumbuhan ini melambat bila dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 5,11% YoY.

Baca Juga: Punya Valuasi Atraktif, Pasar Saham Indonesia Bakal Jadi Incaran Asing

Daya beli juga melemah, kata David, mengingat harga pangan juga cukup meningkat belakangan ini dan diiringi dengan rangkaian sejumlah pemutusan hubungan kerja (PHK).

“Nilai investasi, khususnya di sektor pertambangan, secara umum masih tinggi. Tetapi, hasilnya belum bisa menguatkan nilai tukar rupiah dan juga ekonomi secara keseluruhan,” ungkapnya.

David melihat, kondisi ini kemungkinan besar masih akan terjadi di kuartal III 2024. Pemulihan kondisi ekonomi yang diikuti kenaikan minat investor ritel akan mulai terjadi di kuartal IV 2024.

Sentimen utama yang mendorong pemulihan minat investor ritel adalah adanya potensi kuat pemangkasan suku bunga The Fed di akhir tahun 2024. Selain itu, pasar juga tengah melihat arah kebijakan dan susunan kabinet baru pemerintah Indonesia.

“Sektor yang bisa unggul di semester II ini masih sektor komoditas, konsumer, transportasi dan logistik, serta konstruksi,” tuturnya.

Baca Juga: Melihat Permodalan Bank-bank Digital di Semester I-2024, Siapa yang Paling Kuat?

Head of Investment Solution Mirae Asset Roger MM mengatakan, kinerja pasar modal Indonesia lesu di semester I 2024 diakibatkan data-data ekonomi yang cenderung sideways

“Pasar tidak suka dengan pergerakan IHSG yang hanya bergerak di rentang 7.000-7.400, sehingga mereka malas melakukan transaksi,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (8/8).

Namun, beberapa sentimen negatif di tahun ini dinilai sudah terjadi di semester I dan sentimen positif akan mulai terjadi di semester II.

Roger melihat, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga sudah melakukan sejumlah kebijakan yang bisa menstimulus minat investor dalam bertransaksi, seperti full call auction (FCA) dan shortselling.

“Meskipun ini masih jadi intrik karena nilai transaksi turun, tetapi secara frekuensi transaksinya naik,” paparnya.

Baca Juga: Volatilitas Pasar Tinggi, Saham Berfundamental Kuat Bisa Jadi Pilihan Investor

Di semester II, akan ada banyak sentimen positif yang bisa meningkatkan minat investor. Pertama, The Fed yang berpotensi akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25-50 basis poin (bps) pada September. Secara total, The Fed akan memangkas suku bunga maksimal 125 bps hingga akhir tahun ini.

Kedua, pemilu Amerika Serikat (AS), perlambatan ekonomi AS dan China, serta tensi geopolitik terutama di Timur Tengah.

“Bank Indonesia (BI) juga masih memiliki ruang penurunan suku bunga acuan (BI Rate) hingga 50 bps pada akhir tahun atau menjadi 5,75% dari posisi saat ini 6,25%,” ungkapnya.

Roger memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan mencapai level 7.585 di akhir tahun 2024.

“Dengan sentimen positif tersebut, minat investor bisa memulih dan target nilai transaksi harian rata-rata Rp 12,25 triliun per hari di tahun 2024 bisa tercapai,” ungkapnya.

Di tengah kondisi tersebut, sektor perbankan, ritel, dan consumer bisa jadi favorit para investor. Roger pun melihat ASII, BMRI, BBCA, BBRI, CPIN, MYOR, MAPI, dan ACES menarik untuk dilirik oleh para investor.

Baca Juga: IHSG Melemah 0,24% pada Kamis (8/8), Begini Proyeksi Esok Hari

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan, sentimen negatif di semester I kemungkinan akan berbalik arah menjadi positif di semester II. 

“Kepastian The Fed menurunkan suku bunga, rupiah terapresiasi, dan pertumbuhan ekonomi domestik kemungkinan akan terjadi di semester II. Hal ini bisa meningkatkan mood pelaku pasar dan minat investor akan kembali naik,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (8/8).

Reza melihat, sektor konstruksi akan menggeliat di semester II, mengingat biasanya banyak proyek yang didorong harus selesai di akhir tahun.

“Selain konstruksi, sektor infrastruktur, properti, consumer, dan banking bisa menjadi pilihan para investor di semester II,” paparnnya.

Baca Juga: IHSG Turun 0,24% pada Kamis (8/8), ARTO, BUKA, ASII Top Gainers LQ45

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas melihat, minat investor di semester II berpeluang membaik. Sentimen utamanya masih dari harapan pasar akan penurunan suku bunga The Fed dan pelantikan presiden baru.

“Pelantikan presiden baru bisa momentum yang pas untuk melihat arah kebijakan. Jika dinilai arahnya bisa membuat ekonomi bisa lebih baik, maka berpotensi meningkatkan minat investor di pasar saham,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (8/8).

Selain itu, harapan apresiasi rupiah dan membaiknya kondisi ekonomi global juga akan menjadi sentimen positif dalam mengerek minat investor. Namun, instabilitas geopolitik tetap jadi perhatian pasar dan meningkatkan kekhawatiran para investor.

Menurut Sukarno, sektor yang bakal menarik minat para investor di semester II adalah sektor properti. Ini mengingat akan adanya potensi penurunan tingkat suku bunga The Fed dan BI. 

“Selain itu blue chip perbankan tetap menjadi pilihan ketika pasar sudah mulai membaik,” paparnya.

Sukarno merekomendasikan beli untuk BSDE dengan target harga Rp 1.300 per saham, CTRA Rp 1.500 per saham, BBCA Rp 11.000 per saham, BBRI Rp 5.700 per saham, TLKM Rp 3.500 per saham, ASII Rp 5.400 per saham, ICBP Rp 11.600 per saham, AMRT Rp 3.300 per saham, PGAS Rp 1.800 per saham, EXCL Rp 2.700 per saham, SMGR Rp 4.750 per saham, dan SIDO Rp 800 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×