Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Meski terdesak sajian data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang positif, tetapi harga emas berpeluang menguat kembali.
Peran emas sebagai aset lindung nilai, perbaikan kondisi ekonomi di kawasan Uni Eropa hingga tingginya permintaan emas dari China yang terus bertambah diperkirakan mampu menjadi sentimen positif.
Nanang Wahyudi, analis PT Finnex Berjangka mengatakan koreksi harga emas ini hanya akan terjadi sesaat. Menurutnya saat ini emas masih didukung sentimen positif dari perannya sebagai aset lindung nilai.
"Kegagalan lobi-lobi Presiden Donald Trump terkait RUU Kesehatan dan investigasi keterlibatan Rusia dalam Pilpres ini sangat memberatkan kinerja dollar AS," ungkapnya kepada KONTAN, Jumat (27/7).
Selain itu sentimen positif lain juga datang dari membaiknya ekonomi di kawasan Uni Eropa.
Kata Nanang, jika European Central Bank (ECB) benar-benar mengurangi program stimulusnya, posisi greenback juga akan terancam.
Apalagi, belakangan pejabat Bank Sentral Eropa itu banyak melontarkan pernyataan bernada dovish.
Di lain pihak Putu Agus Pransuamitra, analis PT Monex Investindo Futures menambahkan emas juga berpeluang menguat jika terjadi permintaan dari China.
Selain sebagai perhiasan negeri tirai bambu itu banyak mengimpor emas untuk memenuhi kebutuhan industri.
"Emas akan merespon positif kalau ada kenaikan permintaan dari China," tutupnya.
Asosiasi Emas China mengatakan selama semester I 2017 permintaan emas mencapai 545,23 ton. Jumlah tersebut termasuk emas batangan yang kenaikannya mencapai 51,1% yaitu menjadi 158,40 ton.
Sedangkan permintaan emas sebagai perhiasan justru menurun 0,3% menjadi 330,77 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News