Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Migrasi TV analog ke TV digital alias analog switch-off (ASO) akan segera rampung. Kondisi ini positif bagi perusahaan media agar mengembalikan pangsa pemirsa TV free to air (FTA), termasuk PT Surya Citra Media Tbk (SCMA).
Tim riset InvestasiKu (Mega Capital Sekuritas) memaparkan, dampak migrasi TV analog ke digital telah berdampak terhadap penurunan pangsa pemirsa TV FTA. Penetrasi ASO meningkat secara bertahap sejak tahun 2022.
Penurunan pendapatan segmen TV-FTA SCMA ini selaras dengan penurunan pangsa pemirsa dari IVM (Indosiar) yang secara per Maret 2023 turun menjadi 11,4% dari sebelumnya 13,8%. Penurunan ini disebabkan selektifnya pengeluaran iklan e-commerce dalam kondisi makro ekonomi saat ini.
“Pengiklan juga lebih selektif untuk memasang iklan ketika adanya penurunan pangsa pemirsa,” ungkap Tim Riset Investasiku kepada Kontan.co.id, Senin (10/7).
Baca Juga: Terdongkrak Rotasi Sektor, Berikut Rekomendasi Saham Konsumen Non-Primer
Alhasil, SCMA membukukan pendapatan yang cenderung flat sebesar Rp 1,5 triliun di kuartal I-2023 atau turun 0,4% year on year (YoY). Lesunya pendapatan itu salah satunya akibat penurunan pendapatan FTA sebesar Rp 1.2 triliun atau tergerus 6% YoY.
Pendapatan dari segmen TV FTA penting bagi SCMA karena berkontribusi sekitar 78% terhadap total pendapatan. Sementara, segmen digital dan OOH hanya menyumbang sekitar 16% dari total pendapatan.
Kabar baiknya, Analis Ciptadana Sekuritas Asia Gani mengungkapkan, proses migrasi tv digital akan segera rampung. Laporan Nielsen terbaru melaporkan bahwa kemajuan ASO telah tercapai 95% di 11 kota besar Indonesia per Juni 2023. Angka tersebut terus meningkat dari 79% penetrasi TV digital per Januari 2023.
Pemerintah Indonesia menargetkan ASO akan selesai di semua wilayah, sebelum Hari Kemerdekaan atau paling lambat 17 Agustus 2023. Kemudian, Pemerintah mengharapkan semua saluran TV di Indonesia sudah tayang melalui digital broadcast dan semua penetrasi layanan TV FTA di Indonesia bisa pulih kembali hampir 100%, sama seperti sebelum ASO diimplementasikan.
“Rampungnya migrasi TV digital akan mendorong pengiklan kembali ke TV FTA,” ungkap Gani dalam riset 26 Juni 2023.
Baca Juga: IHSG Ditutup Naik Pada Awal Pekan, Cek 20 Saham Rekomendasi Indo Premier Sekuritas
Gani sepakat bahwa pengiklan telah menahan anggaran iklan karena program ASO memicu pemirsa lebih rendah dan data pangsa pemirsa kurang dapat diandalkan. Hal ini terlihat dari penurunan pendapatan SCMA dari segmen TV FTA yakni dari SCTV, Indosiar hingga Mentari TV pada triwulan pertama 2023.
Kendati demikian, periode kuartal II-2023 diharapkan akan menjadi bagian terbawah dari pendapatan perusahaan media. Sebab, kuartal ketiga seharusnya menjadi titik awal dari perubahan haluan dan pertumbuhan pendapatan yang kuat, setidaknya bisa terjadi di semester II-2023 hingga semester I-2024.
Hal tersebut didukung oleh konsumsi yang lebih kuat seiring pula periode pemilihan umum yang biasanya meningkatkan konsumsi masyarakat. Ciptadana Sekuritas memperkirakan CAGR pertumbuhan penjualan perusahaan FMCG di Indonesia sekitar 11% pada 2022-2024.
Pada gilirannya hal itu akan menyebabkan pengeluaran advertising & promotion (A&P) yang lebih tinggi untuk mempromosikan produk baru atau untuk mempertahankan pangsa pasar. Dimana, perusahaan media juga mengamati tren serupa dan telah mulai berdiskusi bersama perusahaan FMCG untuk lebih banyak penempatan iklan di kuartal mendatang.
Baca Juga: Migrasi ke TV Digital Menggerus Pendapatan Iklan TV FTA, Simak Prospek Bisnis MNCN
Selain itu, katalis positif bagi SCMA adalah layanan over the top (OTT) yaitu Vidio yang berhasil mengumpulkan pelanggan baru hingga mencapai 5 juta pada akhir tahun 2022 berkat Piala Dunia. Jumlahnya perlahan berkurang karena paket Piala Dunia kedaluwarsa di Maret 2023. Pelanggan Vidio sempat turun menjadi 3,5 juta per Maret 2023 dan kembali meningkat menjadi 3,8 juta pada Mei 2023.
Gani mengungkapkan, Vidio akan menyeimbangkan profitabilitas dan pertumbuhan bisnis SCMA. Platform OTT tersebut berencana merilis 20-21 seri original baru tahun ini, turun dari 31 seri rilis lalu tahun. Meskipun lebih sedikit seri orisinal baru, SCMA berharap kinerja Vidio akan terus kuat karena berfokus pada judul dan tema yang memiliki ketertarikan tinggi berdasarkan pengalaman tahun lalu.
Tak kalah penting, Vidio juga berharap bisa mendapatkan hak siar piala dunia FIFA U-17 yang akan diselenggarakan di Indonesia sebagai pengganti batalnya gelaran piala dunia U-23. Ajang tersebut seharusnya akan menghasilkan lebih banyak pelanggan karena Indonesia akan terlibat dalam turnamen FIFA U-17. Selain itu, Vidio masih tetap menjadi official broadcaster dari ajang sepak bola bergengsi seperti Liga 1 dan Liga Inggris.
Gani masih merekomendasikan buy untuk SCMA pada target harga sebesar Rp 200 per saham. Sedangkan, Tim Riset InvestasiKu menyarankan hold SCMA pada target harga sebesar Rp 175 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News