Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Penerapan batas atas (capping) suku bunga deposito serta pemangkasan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) ke level 6,75% membuat keuntungan deposito kian mini. Tak heran manager investasi mulai meracik strategi baru, khususnya pada reksadana pasar uang.
Yang paling mudah adalah memangkas porsi deposito menjadi 30% sampai 40% dibandingkan posisi saat ini yang mencapai 100%. "Kebijakan investasi akan kami adalah mempertimbangkan sesuai alternatif instrumen yang tersedia di pasar," tutur Direktur Bahana TCW Investment Soni Wibowo, Senin (21/3).
Serupa dengan Bahana TCW, BNI Asset Management bakal mengurangi porsi deposito. Menurut Head of Investment BNI Asset Management Hanif Mantiq, pemberlakuan pembatasan suku bunga deposito akan menekan keuntungan deposito.
"Keuntungan investasi di deposito akan meluncur ke bawah," ujar Hanif. BNI Asset Management memilih memperbesar porsi obligasi jangka pendek. Langkah ini akan disosialisasikan terlebih dahulu kepada para investor.
"Karena mulai masuk obligasi, risikonya menjadi meningkat," imbuh dia.
Saatnya masuk
Head of Operation and Business Development PT Panin Asset Management Rudiyanto menilai, seharusnya kini manajer investasi mulai memperbesar porsi obligasi sebagai aset dasar reksadana pasar uang.
Pasalnya, pasar obligasi meningkat pasca penurunan BI rate. "Manajer investasi juga masih bisa memilih deposito di bank yang tidak terkena peraturan capping," ujar Rudiyanto.
Seperti diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merevisi capping bunga deposito menjadi batas atas 75 basis poin (bps) di atas BI rate untuk bank BUKU 4 dan batas atas 100 bps di atas BI rate untuk bank BUKU 3. Arahan ini berlaku untuk sejak awal Maret 2016.
Alhasil, kini Rudiyanto optimistis, return reksadana pasar uang tahun ini berada di 5%-6%. Sementara Soni lebih optimistis, dengan ramalan return di posisi 6,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News