Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Selama beberapa hari terakhir, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak fluktuatif. Ini mendorong sejumlah manajer investasi (MI) mengubah strategi portofolio mereka pada aset dasar efek saham. IHSG pada Jumat (20/6) lalu berakhir di posisi 4.847,7, atau melemah 0,34% dibandingkan sehari sebelumnya.
Jika dihitung dalam sebulan terakhir, IHSG terkoreksi 0,99%. Koreksi IHSG turut menekan kinerja produk reksadana yang berbasis saham. Salah satu indikator adalah terpangkasnya imbal hasil indeks reksadana saham versi Infovesta (IRDSH) per akhir pekan lalu sebesar 1,18% dibandingkan sebulan sebelumnya.
Setidaknya ada dua jenis produk reksadana yang paling berpengaruh, yakni reksadana saham dan reksadana campuran. Yang paling signifikan adalah reksadana saham, sebab reksadana ini wajib menginvestasikan minimal 80% dana kelolaannya di efek saham. Sedangkan di produk campuran, maksimal penempatan portofolio pada efek saham sebesar 80% dari total dana kelolaan.
Sisa dana bisa ditempatkan pada efek surat utang maupun pasar uang. Menanggapi koreksi ini, sejumlah MI mengubah portofolionya demi menjaga kinerja nilai aktiva bersih (NAB) per unit penyertaan reksadana.
BNI Asset Management, misalnya, telah mengurangi porsi pada efek saham sejak sepekan terakhir. Senior Fund Manager BNI Asset Management, Hanif Mantiq menyatakan, saat ini aset dasar efek saham pada reksadana jenis saham telah dipangkas, yang semula 95% menjadi 85% dari total dana kelolaan.
"Sedangkan pada jenis campuran telah kami kurangi dari 60% menjadi hanya 10%," ungkap Hanif. Dana dari efek saham telah dialihkan ke efek pasar uang seperti deposito. Meski begitu, agar tak tertinggal momentum dari murahnya harga saham, BNI tetap membeli saham secara bertahap.
"Misalnya, dulu dana Rp 10 juta langsung kami beli saham sekali habis, saat ini dengan dana yang sama, kami tetap membeli tapi bertahap sebanyak empat kali dalam rentang waktu tertentu," kata Hanif.
Tak hanya BNI, Bahana TCW Investment Management pun memangkas porsi aset saham. "Di reksadana saham, kami kurangi aset dasar efek saham menjadi 90% total dana kelolaan per produk. Sebelumnya 96%," ujar Presiden Direktur Bahana TCW, Edward P Lubis.
Menurut dia, belum ada informasi baru yang bisa menaikkan kinerja IHSG. Edward tak bisa memastikan kapan porsi pada efek saham bisa kembali normal. Bahana kini memantau kondisi IHSG menjelang dan seusai pemilihan presiden pada 9 Juli nanti. Namun tak semua MI mengurangi portofolio berbasis saham. Panin Asset Management, semisal, saat ini justru menambah alokasi portofolio saham.
Direktur Panin Asset Management, Ridwan Soetedja mengatakan, saat ini justru kesempatan baik mengoleksi saham di harga murah. "Asal valuasinya menarik dan fundamental emiten cukup baik, akan kami tambah porsinya," ungkap Ridwan. Semula Panin menempatkan dana di efek saham sebesar 60% dari total dana kelolaan. Saat ini porsinya mencapai 70%.
Bahana optimistis IHSG pada akhir tahun nanti kembali bullish. Jadi, sekarang adalah momentum tepat masuk ke saham demi meraih imbal hasil maksimal dalam jangka panjang.
Analis Infovesta Utama, Viliawati mengatakan, pengurangan atau penambahan porsi pada efek saham bisa berdasarkan portofolio masing-masing MI. Jika MI memiliki portofolio pada efek saham yang telah memberi keuntungan dan dipandang valuasinya sudah mahal, maka sebaiknya merealisasikan keuntungan dengan mengurangi porsi di saham. Langkah ini juga bertujuan mengurangi risiko fluktuasi di pasar saham dalam jangka pendek.
"Namun jika portofolio MI saat ini masih relatif murah sehingga berprospek menguat dalam jangka pendek, maka dapat menambah porsi saham dengan strategi investasi yang lebih panjang," ungkap Vilia. Ia memprediksi imbal hasil IRDSH di akhir tahun ini mencapai 20%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News