Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Nusantara Infrastructure Tbk (META) mengembangkan bisnis ke menara telekomunikasi. Emiten ini melalui anak usahanya, PT Telekom Infranusantara (TI), akan mengakuisisi PT Tara Cell Intrabuana (TowerCo), sebuah perusahaan menara telekomunikasi. Total nilai transaksi mencapai Rp 598 miliar.
Transaksi itu akan dilakukan melalui perjanjian yang dinamakan Tara Subscription Agreement. Dalam perjanjian itu, PT Tara Telco Indonesia yang merupakan pengendali TowerCo akan melepas kepemilikan TowerCo melalui penerbitan saham baru. Nah, Telekom Infranusantara akan menyerap saham Towerco sejumlah 705,68 juta saham itu. Target penyelesaian transaksi 15 Januari 2014.
TowerCo merupakan perusahaan menara telekomunikasi independen yang memiliki dan mengoperasikan menara serta fasilitas pendukung lainnya di Sumatera, Jawa dan Pulau Batam.
General Manager Corporate Affairs META, Deden Rochmawati bilang, pasca akuisisi saham mayoritas di TowerCo, Telekom Infranusantara dapat mengonsolidasikan menara telekomunikasi TowerCo serta fasilitas pendukung lain. Dus, pendapatan META juga bakal terdongkrak. "Terlepas dari nilai valuasinya yang menarik, akuisisi TowerCo adalah langkah strategis untuk memperkuat bisnis infrastruktur dan meningkatkan net present value META," ujar dia, kemarin.
Kelak, META akan menyuntik tambahan modal ke Telekom Infranusantara Rp 138 miliar untuk transaksi ini. Telekom juga bakal mendapat tambahan modal dari pembayaran secara mudharabah dari PEPVII HKCO 2, perusahaan investasi yang berkedudukan di Hong Kong. Nilainya Rp 455,4 miliar. Keduanya telah menandatangani perjanjian bernama Islamic Financing Agreement I.
Bisnis menara akan mengubah lini bisnis anak usaha META ini. Jika awalnya TI bergerak di bidang perdagangan dan pembangunan. Telekom Infranusantara juga akan mengubah nama Towerco jadi PT Komet Infranusantara.
Reza Nugraha, analis MNC Securities bilang, bisnis baru META ini patut diperhatikan lebih cermat. "Debt to equity ratio META sudah tinggi. Padahal, bisnis ini pasti membutuhkan pendanaan besar ke depannya," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News