Reporter: Agung Jatmiko | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kini tengah menanti hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terkait arah suku bunga The Federal Reserve (The Fed). Namun, melihat sejumlah indikator, keputusan rapat FOMC diprediksi tidak akan mengerek suku bunga.
Angka inflasi AS sesuai dengan target The Fed, yakni 2%. Data inflasi inti menunjukkan adanya peningkatan 1,9% naik dari 1,5% pada Desember 2017. Tingkat pengangguran AS cukup stabil di level 4,1% sejak Oktober 2017.
Mengutip Wall Street Journal, Rabu (2/5), Gubernur The Fed, Jerome Powell tidak menjadwalkan adanya jumpa pers setelah rapat FOMC. Hal ini boleh dikatakan jadi indikasi tidak adanya keputusan kenaikan suku bunga, setidaknya pada Mei ini.
Analis Senior Paramitra Alfa Sekuritas, William Siregar menilai, The Fed kemungkinan besar tidak akan menaikkan tingkat suku bunga bulan ini, melainkan pada Juni nanti. Menurutnya, saat ini, pasar merespons positif dengan ekspektasi tidak ada kenaikan suku bunga. Namun, jika ternyata FOMC memutuskan kenaikan suku bunga, maka dampaknya akan cukup signifikan bagi pasar modal Indonesia.
Kata William, kemungkinan kenaikan suku bunga AS tetap ada, sebab tingkat yield US Treasury sudah mencapai 3%. Jika The Fed menaikkan tingkat suku bunga, maka ada kemungkinan tingkat yield bisa lebih tinggi lagi dan menarik minat investor untuk masuk ke pasar AS.
Namun, mengingat The Fed baru menaikkan suku bunga bulan Maret lalu, maka kemungkinan besar tidak akan terburu-buru mengerek suku bunga lagi. “Kemungkinan besar, bulan Juni baru dinaikkan,” kata William.
Analis Binaartha Parama Sekuritas, Muhammad Nafan Aji juga menduga, FOMC kemungkinan besar tidak menaikkan suku bunga pada bulan ini. Namun, jika The Fed tiba-tiba menaikkan suku bunga, sebagai skenario terburuk, maka Indonesia sebagai salah satu emerging market tidak bisa berbuat apa-apa.
Selama ini, menurut Nafan, tidak ada langkah antisipasi untuk kebijakan The Fed ini. Jadi, jika rapat FOMC memutuskan untuk menaikkan suku bunga, besar kemungkinan di sesi perdagangan Kamis (3/5), akan ada arus modal asing yang keluar.
Meski demikian, Nafan tetap optimistis The Fed akan mempertahankan suku bunga, mengingat data inflasi AS tidak menunjukkan tanda-tanda kenaikan yang signifikan. Hanya, yang menjadi perhatian adalah statement dari pejabat The Fed, apakah akan bersifat hawkish atau dovish.
“Jika bersifat hawkish, memberikan sentimen bagi penguatan bagi dollar AS,” kata Nafan. Penguatan dollar AS jelas akan memukul rupiah dan menjadi sentimen negatif bagi IHSG.
Secara teknikal, sebenarnya IHSG sudah berada dalam tekanan dan cenderung akan terkoreksi. Apalagi tidak banyak data makroekonomi domestik yang bisa mendukung indeks.
IHSG masih dalam tekanan, meskipun The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada bulan ini. Sebab, pada Juni mendatang, The Fed sudah pasti akan mengerek bunga acuan. Namun, setidaknya hingga akhir Mei ini, IHSG tidak dirongrong oleh keluarnya modal asing. Selain itu, masih adanya ruang satu bulan bagi pasar modal Indonesia untuk menyusun langkah antisipasi.
William mapun Nafan memprediksi IHSG kemungkinan besar akan terkoreksi pada perdagangan Kamis (3/5). William memprediksi IHSG akan bergerak di rentang support 5.982 dan resistance 6.024. Sementara, Nafan memprediksi support IHSG berada di level 5.960 dan resistance 6.040.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News