kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski lezat, saham sektor kuliner kurang likuid


Senin, 19 Februari 2018 / 08:27 WIB
Meski lezat, saham sektor kuliner kurang likuid
ILUSTRASI. Gerai KFC di Tangerang Selatan


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi Indonesia diprediksi akan tumbuh lebih baik, tahun ini. Perkiraan ini akan menjadi sentimen positif ke perusahaan kuliner. Daya beli masyarakat akan mendongkrak kinerja keuangan emiten di sektor ini.

William Surya Wijaya, Vice President Research Department Indosurya Sekuritas, mengatakan, potensi naiknya konsumsi masyarakat menjadi kesempatan emas bagi emiten sektor kuliner untuk meningkatkan kinerjanya. Terlebih kuliner merupakan bisnis yang sangat strategis.

Pelaksanaan Asian Games di Indonesia juga akan menggenjot kinerja. Sebab, jumlah pelanggan berpotensi naik, seiring kedatangan para pendukung dari berbagai negara.

Perubahan pola konsumsi akibat kehadiran waralaba berbasis online diperkirakan belum akan menurunkan animo masyarakat terhadap dunia kuliner. “Sampai kapan pun masyarakat pasti akan pergi ke restoran,” kata William, Kamis (15/2).

Bertoni Rio, Senior Analyst Research Division Anugerah Sekuritas Indonesia, menambahkan, saat ini banyak restoran cepat saji yang punya bangunan sendiri atau menggandeng perkantoran. Ini upaya antisipasi emiten sektor kuliner di tengah maraknya penutupan toko ritel konvensional, yang membuat mal sepi pengunjung. Selain itu, upaya tersebut dilakukan agar mendapat jumlah pelanggan yang stabil setiap hari.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menambahkan, industri kuliner di Indonesia sudah cukup kondusif. Nah, tantangan bagi emiten sektor kuliner lebih condong pada persaingan dengan para pelaku bisnis kuliner lainnya. Emiten sektor kuliner dituntut melakukan inovasi pada produknya agar pelanggan tidak bosan.

Segendang sepenarian, William menilai banyaknya jumlah pelaku bisnis kuliner membuat kehadiran produk kuliner yang serupa tidak bisa dihindari. Alhasil, perang harga sangat mungkin terjadi.

Ia memberi contoh PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) dan PT Pioneerindo Gourmet Internasional Tbk (PTSP) yang masing-masing memegang lisensi restoran cepat saji KFC Indonesia dan CFC Indonesia. Keduanya  sama-sama menyajikan ayam goreng sebagai menu utama.

Bisnis bervariasi

Meski memiliki prospek bisnis yang menarik, sayangnya, saham-saham emiten sektor kuliner di bursa masih kurang likuid. Menurut Bertoni, hal ini terjadi lantaran investor memilih memegang saham emiten sektor kuliner alih-alih memperdagangkan saham tersebut di bursa.

Karena itu, emiten sektor kuliner perlu membuat gebrakan bisnis tertentu sehingga menarik perhatian para investor. Ini diharapkan menciptakan permintaan saham, sehingga menggerakkan harga

William menjagokan PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) sebagai emiten sektor kuliner yang unggul secara kinerja pada tahun ini. Keunggulan MAPB ada pada kepemilikan unit bisnis yang lebih bervariasi, contohnya Starbucks dan Pizza Express. Karena itu dia rekomendasi hold dengan target harga Rp 2.000 per saham untuk MAPB.

Sedang Nafan lebih menyukai FAST yang sudah terkenal dengan KFC. Ia pun merekomendasikan beli saham FAST dengan target harga Rp 1.700 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×