kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Meski kinerja oke, peminat ETF minim


Rabu, 18 Oktober 2017 / 09:10 WIB
Meski kinerja oke, peminat ETF minim


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Reksadana Exchange Traded Fund (ETF) bisa memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dari reksadana saham konvensional. Namun, industri reksadana ETF belum berkembang pesat di Indonesia.

Lihat saja kinerja reksadana saham per September 2017, dari 207 reksadana yang terdaftar hanya 20 reksadana atau 9,66% dari total reksadana yang mampu memberikan imbal hasil setara dan di atas benchmark, indeks harga saham gabungan (IHSG) sebesar 11,40% year to date.

Wawan Hendrayana, Head of Investment Research Infovesta Utama mengatakan, sekitar tiga tahun terakhir rata-rata indeks reksadana saham kalah dari IHSG. Dus, ETF yang kinerjanya sama dengan indeks acuan jadi pilihan menarik. "Kalau dahulu rata-rata indeks reksadana saham selalu di atas IHSG, jadi ETF tidak menarik," kata Wawan, Selasa (17/10).

Kinerja reksadana ETF lebih unggul karena didukung oleh pengelolaan investasi yang mengikuti indeks tertentu seperti LQ45, IDX 30 atau Sri Kehati. Kebetulan, saat ini, kinerja indeks tersebut tidak jauh dari IHSG. Bahkan, kinerja IDX30 dan Sri Kehati lebih baik dari IHSG.

Data Infovesta Utama per 16 Oktober 2017 menunjukkan secara month to date Premier ETF Indonesia besutan PT Indo Premier Investment Management berhasil meraih kinerja tertinggi. ETF ini menorehkan return 3,14%. Di peringkat berikutnya ada Premier ETF Sri Kehati dengan kinerja 2,38% dan Pinnacle Indonesia Large Cap ETF dengan return 2,22%. Sedangkan, kenaikan IHSG hanya 1,32% di periode tersebut.

Namun, investor lebih banyak berinvestasi di reksadana saham. Ini terlihat dari dana kelolaan reksadana ETF per September 2017 sebesar Rp 8 triliun. Sedangkan dana kelolaan reksadana saham Rp 121,9 triliun.

Guntur Putra, President & Chief Executive Officer (CEO) Pinnacle Investment mengatakan di industri reksadana sendiri, saat ini baru terdapat 14 reksadana ETF yang dicatatkan di bursa. Empat di antaranya merupakan produk Pinnacle Investment. Teranyar, Pinnacle meluncurkan Pinnacle Enhanced Sharia ETF pada Kamis (12/10).

"Indonesia tertinggal dari Thailand, Eropa dan Jepang untuk produk reksadana ETF," kata Guntur. ETF cocok bagi investor dengan profil risiko yang lebih rendah dari reksadana saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×