kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.679.000   7.000   0,42%
  • USD/IDR 16.490   100,00   0,60%
  • IDX 6.520   249,06   3,97%
  • KOMPAS100 949   42,15   4,65%
  • LQ45 738   34,14   4,85%
  • ISSI 202   5,55   2,82%
  • IDX30 382   17,70   4,85%
  • IDXHIDIV20 462   16,68   3,75%
  • IDX80 107   4,47   4,34%
  • IDXV30 110   2,54   2,36%
  • IDXQ30 125   5,23   4,36%

Meski Fluktuatif, Harga Minyak Mentah Dunia Masih dalam Tren Penguatan


Minggu, 19 Januari 2025 / 17:16 WIB
Meski Fluktuatif, Harga Minyak Mentah Dunia Masih dalam Tren Penguatan
ILUSTRASI. Harga minyak mentah dunia diperkirakan tetap bullish didukung data ekonomi China yang membaik. Pasar tetap memantau perubahan kebijakan Trump. REUTERS/Lucy Nicholson


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia diperkirakan tetap bullish didukung data ekonomi China yang membaik. Meski begitu, pasar tetap memantau perubahan kebijakan Trump, termasuk kemungkinan sanksi yang lebih keras terhadap minyak Rusia.

Berdasarkan data Trading Economics, harga minyak WTI berada di US$ 77,88 per barel atau turun 1,02% pada Jumat (17/1). Meski begitu, harganya masih dalam tren kenaikan empat minggu beruntun.

Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pendorong kenaikan harga dari sanski yang diterapkan oleh Joe Biden terhadap Rusia. Sehingga pasar khawatir akan adanya gangguan pasokan.

Baca Juga: Harga Minyak Mentah Dunia Diperkirakan Masih Bergejolak

Meski begitu, ketegangan Rusia-Ukraina dinilai mereda seiring habisnya misil yang dimiliki oleh Ukraina. Di sisi lain, konflik di Timur Tengah juga kian mereda seiring ekspektasi gencatan senjata.

Kedua hal itu berpotensi memberikan tekanan terhadap harga minyak. Dus, Ibrahim berpandangan pekan ini harganya diperkirakan akan kembali turun. "Support di US$ 75,1 per barel dan resistance di US$ 79,2 per barel," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (19/1).

Karenanya, pasar masih akan memantau kebijakan Trump, termasuk sanksi atas minyak Rusia. Sebab, apabila sanksi lebih keras maka harga minyak berpotensi kembali naik, tetapi jika sanksi dilonggarkan maka harga minyak akan jatuh.

Baca Juga: Harga Minyak Menuju Kenaikan Minggu Keempat, Investor Menimbang Dampak Sanksi AS

"Karena pasar BRICS akan cenderung membeli minyak dari Rusia yang dijual murah di US$ 60 per barel," lanjutnya.

Namun secara umum, harga minyak diprediksi akan kembali naik seiring membaiknya data ekonomi China. Menurut Ibrahim, jika ekonomi China konsisten naik maka harga minyak di akhir tahun bisa kembali ke US$ 85 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Undang-Undang Kepailitan Dan PKPU Indonesia KONTAN DIGITAL PREMIUM ACCESS

[X]
×