Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Astra International Tbk (ASII) diperkirakan mampu tumbuh positif di tengah tantangan persaingan dan aturan pajak di tahun 2025.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menilai ASII masih akan menghadapi sejumlah tantangan pada tahun ini. Ini berkaca dari tahun 2024, yang mana dinamika suku bunga tinggi yang masih berlanjut dan harga CPO serta batubara yang tidak terlalu optimal.
"Namun kami perkirakan kinerja ASII masih akan tetap stabil, dengan pendapatan Rp 323,85 triliun dan laba bersih Rp 33,84 triliun di 2024," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (6/1).
Untuk tahun ini, Nafan juga masih memandang positif propsek ASII seiring potensi penurunan suku bunga yang dapat mendorong harga penjualan kendaraan. Dus, ia memproyeksikan kinerja ASII tahun ini masih akan ditopang sektor otomotif dan alat berat.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus sepakat bahwa tahun ini sektor otomotif lebih banyak gundah gulana. Apalagi, di tengah penurunan daya beli dan konsumsi, tingginya tingkat suku bunga kredit, serta banyaknya ketidakpastian global.
Baca Juga: Hadapi Tantangan Pajak, Bahana Sekuritas Pangkas Rating Astra International (ASII)
Meskipun penuh dengan ketidakpastian, namun ia memandang pertumbuhan akan tetap ada. Hal itu tidak terlepas dari strategi untuk tetap menarik minat masyarakat untuk membeli mobil, seperti banyaknya merek mobil yang berada di pasar dengan design baru hingga fitur mewah dengan harga terjangkau.
Meskipun situasi dan kondisi tengah sulit, dirinya percaya bahwa penjualan mobil akan tetap membaik, asalkan ASII juga mampu mengerti keinginan pasar dan mampu melakukan strategi penjualan guna bersaing dengan merek baru di dalam negeri.
"Selain itu kami juga masih percaya bahwa tingkat suku bunga Bank Indonesia dapat mengalami penurunan, ditambah lagi dengan adanya insentif yang akan memberikan gairah terhadap sektor otomotif," paparnya.
Terkait persaingan, analis Maybank Sekuritas Indonesia, Paulina Margareta menilai akan semakin sengit. Apalagi, VinFast akan masuk ke Indonesia.
"Namun, kami melihat dampak langsung yang terbatas pada pemimpin pasar seperti ASII di tengah adopsi kendaraan listrik di Indonesia, melihat preferensi untuk kendaraan yang lebih besar seperti 7 kursi, serta masalah purna jual dan nilai jual kembali," tegasnya.
Analsis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer juga berpandangan posisi ASII yang dominan di pasar domestik mampu menghadapi tantangan ke depan. ASII juga dinilai memiliki keunggulan dalam strategi efisiensi operasional dan diversifikasi portofolio bisnis, yang membuatnya lebih tangguh menghadapi dinamika ini.
"Dengan tantangan yang ada, kami melihat ASII masih akan tetap mencatatkan kinerja yang solid pada 2025, meskipun pertumbuhan mungkin akan lebih moderat 5%-10%," sebutnya.
Pertumbuhan akan didukung oleh kontribusi dari segmen otomotif, alat berat, dan jasa keuangan yang terus menunjukkan stabilitas. Selain itu, ekspansi pada EV melalui kolaborasi strategis memberikan peluang pertumbuhan baru.
Kinerja sektor komoditas, seperti batu bara melalui United Tractors, juga masih akan menjadi salah satu kontributor pendapatan utama, meski bergantung pada volatilitas harga komoditas.
Nico sependapat, untuk pendapatan ASII diproyeksikan tumbuh moderat di 1%-3% YoY. Sementara laba bersih tumbuh 8%-10% YoY di 2025.
Dari berbagai hal itu, Nico dan Paulina merekomendasikan buy ASII dengan target harga Rp 5.850 dan Rp 5.125. Sementara Mifta merekomendasikan akumulasi dengan target harga Rp 5.225.
Selanjutnya: Patrick Walujo to Stay as GoTo's CEO Until 2029
Menarik Dibaca: 5 Minuman untuk Daya Tahan Tubuh Lebih Kuat, Biar Tidak Gampang Sakit!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News