Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah menjadi mata uang dengan posisi terlemah se-Asia pada Kamis (28/6). Kondisi itu juga sukses menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menembus level bottom 5.700. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, IHSG kemarin ditutup pada level 5.667,31 atau merosot 2,08% sekitar 120,23 poin.
Senior Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan, terkoreksinya indeks dipicu pelemahan nilai tukar rupiah dan sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (28/6), level rupiah terlemah hari ini berada di kisaran Rp 14.395,25 per dollar AS pada pukul 15:53 WIB dan ditutup pada level Rp 14.394 per dollar AS pukul 16:00 WIB.
"Karena rupiah jadi yang terlemah, pelaku pasar cenderung merespon dengan pelemahan IHSG," jelas William kepada Kontan.co.id, Kamis (28/6).
Selain faktor pelemahan rupiah, sentimen perang dagang juga berkontribusi membuat IHSG merosot. Ini terbukti lewat aksi net sell di seluruh pasar mencapai Rp 691 miliar. Sedangkan secara year to date (ytd), aktivitas net sell di pasar reguler sudah mencapai Rp 46 triliun. Adapun net sell di pasar keseluruhan mencapai Rp 49 triliun.
"Level bottom saya masih harus cek lagi, tapi untuk target hingga akhir tahun kami masih tetap di proyeksi awal yakni 6.700," ungkapnya.
Adapun rencana revisi target IHSG, menurut William harus menunggu dikeluarkannya angka pertumbuhan ekonomi kuartal II dan kinerja perusahaan sepanjang kuartal II. Dari data tersebut, sekuritas baru dapat menentukan target terbaru IHSG di akhir tahun.
Paramitra Alfa Sekuritas masih optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi 2018, masih on track dengan target pemerintah yakni 5,2%. Di mana, semester kedua akan jadi momentum bagi perekonomian untuk kembali terdongkrak dan mengejar target pertumbuhan.
"Saya ekspektasikan sama dengan pemerintah, yakni 5,2%. Momentum ini bisa membawa target IHSG 6.700 sampai akhir tahun bisa terealisasikan," katanya.
Selain itu, dengan kecenderungan suku bunga acuan Bank Indonesia yang akan naik, pertumbuhan kredit akan terbantukan. Sementara, daya beli konsumsi akan tetap tumbuh terbantu perayaan Lebaran dan pilkada di kuartal II. Dengan begitu ekonomi kuartal III diperkirakan lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News